Sabtu, 03 Desember 2016

Risiko Operasional



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Manajemen risiko merupakan salah satu elemen penting dalam menjalankan bisnis perusahaan karena semakin berkembangnya dunia perusahaan serta meningkatnya kompleksitas aktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Sasaran utama dari implementasi manajemen risiko adalah melindungi perusahaan terhadap kerugian yang mungkin timbul. Lembaga perusahaan mengelola risiko dengan menyeimbangkan antara strategi bisnis dengan pengelolaan risikonya sehingga perusahaan akan mendapatkan hasil optimal dari operasionalnya.
Kita harus bisa menemukan kerugian potensial yang mungkin terjadi dan mencari cara untuk menangani risiko tersebut. Dunia bisnis pun tak luput dari ketidakpastian. Ketidakpastian dalam dunia bisnis akan menyebabkan terjadinya risiko bisnis. Perusahaan merencanakan untuk menggencarkan promosi produknya dengan harapan penjualanya dapat meningkat. Dengan analisis yang mendalam diperkirakan penjualan setelah adanya promosi besar-besaran tersebut dapat meningkat sebanyak 20%. Tetapi kenyataanya penjualan hanya dapat meningkat 10%. Ini merupakan salah satu bentuk risiko yang terjadi dalam dunia bisnis. Risiko dalam bisnis tidak bisa diabaikan begitu saja. Perusahaan perlu menganalisis kemungkinan kerugian potensi dalam bisnisnya tersebut kemudian mengevaluasi dan mencari cara untuk menanggulanginya. Dengan demikian diharapkan bisnis yang dijalaninya dapat sukses meraih tujuan dengan mudah. Risiko merupakan sesuatu yang pasti akan terjadi ketika kita melakukan suatu tindakan. Risiko adalah berbagai kemungkinan yang terjadi pada periode tertentu. Risiko sering dikaitkan dengan kerugian. Jadi risiko adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan kerugian atau peluang terjadi sesuatu yang bad outcame.
Setiap organisasi perusahaan selalu menanggung risiko. Risiko, bisnis, kecelakaan kerja, bencana alam, perampokan, dan pencurian, kebangkrutan adalah beberapa contoh dari risiko yang lazim terjadi di berbagai perusahaan. Terutama perusahaan yang tidak melakukan tindakan apa-apa, bahkan tindakan preventif pun tidak dilakukan. Perusahaan ini tidak melakukan tindakan untuk pencegahan risiko yang akan timbul nantinya.
            Resiko menurut habib nadzir dan muhammad hasanudin adalah ketidak-pastian yang mengandung kemungkinan kerugian dalam bentuk harta atau kehilangan keuntungan atau kemampuan ekonomis. Resiko secara umum dalam perbankan terdapat ; resiko likuiditas, resiko kredit, dan resiko fluktuasi tingkat bunga.
Selain resiko yang telah disebutkan di atas terdapat resiko operasional. Resiko operasional muncul karena beberapa alasan utama yaitu penerapan program outsourcing, deregulasi dan globalisasi, regulasi, merger dan akuisisi, e-commerce, berbagai inovasi teknologi, dan serangan teroris.
Penggunaan teknologi informasi dengan sistem otomatisasi yang maju, pertumbuhan yang pesat dari e-commerce dan dilakukannya merger dan akuisisi skala besar, menguji kemampuan sistem yang terintegrasi. Peningkatan popularitas outsourcing dan penggunaan teknik-teknik keuangan yang mampu untuk mengurangi risiko kredit dan risiko pasar, disisi lain meningkatkan kemungkinan kerugian risiko operasional. Meskipun globalisasi memiliki beberapa manfaat bagi banyak pihak, namun dibalik itu globalisasi menambah kompleksitas dan diversitas budaya, manajemen dan staf.
Pertumbuhan teknologi keuangan yang semakin canggih mengakibatkan aktivitas bank dan profit risikonya menjadi lebih kompleks dengan beroperasi di pasar-pasar yang berbeda, yang menggunakan operasional dan sistem yang berbeda, Berta hukum yang berbeda pula. Akuisisi, merger, aliansi Skala besar dan juga konsolidasi menguji kapabilitas sistem baru bank yang terintegrasi, proses dan sumber daya manusia. Kedua pemicu utama, yakni globalisasi dan teknologi internet, akan menghadapkan bank pada risiko operasional baru.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Resiko Operasional?
2.      Apa Saja Faktor – faktor pemicu utama resiko operasional?
3.      Apa Saja Jenis Kejadian Risiko Operasional?
4.      Apa Saja Perubahan Karakteristik Risiko Operational     ?
5.      Bagaimana Biaya untuk risiko Operational?
6.      Bagaimana Risiko Operasional Dan Modal Kerja?
7.      Bagaimana Contoh Kasus: Risiko Operasional pada Bank?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Resiko Operasional
2.      Untuk Mengetahui Faktor – faktor pemicu utama resiko operasional
3.      Untuk Mengetahui Jenis Kejadian Risiko Operasional
4.      Untuk Mengetahui Perubahan Karakteristik Risiko Operational
5.      Untuk Mengetahui Biaya untuk risiko Operational
6.      Untuk Mengetahui Risiko Operasional Dan Modal Kerja
7.      Untuk Mengetahui Contoh Kasus: Risiko Operasional pada Bank














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Resiko Operasional

Risiko operational merupakan risiko yang umumnya bersumber dari masalah internal perusahaan, dimana risiko tersebut terjadi disebabkan oleh lamanya sistem kontrol manajemen (management controlsystem). Yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan. Misalnya risiko operational adalah risiko pada komputer karena telah terserang virus, kerusakan maintenance pabrik, kecelakaan kerja, kesalahan dalam pencatatan pembelian barang dan tidak adanya kesepakatan bahwa barang yan dibeli dapat ditukar kembali dan sebagainya.
Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. Risiko ini merupakan risiko yang melekat (inherent) pada setiap aktivitas fungsional Bank, seperti kegiatan perkreditan (penyediaan dana), tresuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia.
Risiko operasional (operational risk) adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau sebagai akibat dari kejadian eksternal.
Risiko operasional pada umumnya terjadi di unit kerja yang memiliki volume transaksi tinggi, perputaran transaksi yang tinggi, perubahan struktural yang tinggi dan sistem yang kompleks. Kejadian risiko operasional hampir terjadi setiap hari di bank. Berdasarkan kemungkinan dan dampak yang terjadi, risiko operasional dapat dikelompokan sebagai risiko operasional yang sering terjadi namun dampak yang terjadi dinilai rendah atau high frequency – low impact. Kelompok kedua adalah frekuensi rendah atau jarang terjadi namun dampak kerugian dari risiko operasional tersebut tinggi atau yang sering disebut risiko operasional kategori low frequency-high impact. Sedangkan kelompok ke tiga adalah risiko operasional yang sangat-sangat jarang terjadi,namun bila terjadi dampak kerugian yang ditanggung bank sungguh luar biasa (catastrophic loss).
Resiko operasional ( menurut habib hadzir dan Muhammad hasanudin) dapat dibagi menjadi beberapa sub-kategori, seperti risiko yang terkait dengan:

1.      Kegagalan proses internal
Risiko yang terkait dengan kegagalan dari suatu proses atau prosedur, yaitu :
a.    Kesalahan, ketidaklengkapan dan ketidaktepatan dokumentasi
b.    Kurang pengawasan
c.    Kesalahan pemasaran
d.    Kesalahan penjualan
e.    Praktek pencucian uang
f.    Kesalahan atau ketidaktepatan pelaporan
g.    Prosedur yang tidak sesuai dengan regulasi
h.    Kesalahan transaksi

2.      Kesalahan manusia (SDM)
Suatu risiko yang berhubungan dengan karyawan dari suatu perusahaan atau lebih tepatnya dapat dikatakan sebagai oknum karyawan, seperti :
a.    Kesalahan manusia
b.    Tidak kompeten
c.    Niat jahat
d.    Kehilangan karyawan kunci
e.    Penipuan




3.      Risiko Sistem
Suatu risiko yang berhubungan dengan penggunaan sistem dan teknologi. Sistem teknologi memberikan kontribusi yang signifikan bagi perusahaan namun juga bisa menjadi sumber risiko baru.
Jika perusahaan bergantung pada system computer maka akan semakin
tinggi risiko yang berkaitan dengan kerusakan computer.
Contohnya : kerusakan data, kesalahan program, system keamanan yang
kurang baik, penggunaan teknologi yang belum teruji, dan terlalu
mengandalkan model tertentu untuk keputusan bisnis.
Penyebab munculnya risiko system :
•    Keruksakan dan kehilangan data
•    Kesalahan dalam proses memasukan data
•    Ketidakcukupan dalam pengawasan perubahan sistem
•    Ketidakcukupan pengawasan pekerjaan yang terkait dengan sistem
•    Kesalahan dalam proses program
•    Ketergantungan pada teknologi dan kepercayaan terhadap sistem
    internal tanpa adanya evaluasi
•    Ganguan pelayanan akibat kegagalan sistem, baik sebagian atau
     keseluruhan
•    Masalah sistem keamanan
•    Ketidaksesuaian sistem
•    Penggunaan teknologi baru yang belum teruji

4.      Kejadian eksternal
Risiko yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi yang berada diluar kekuasaaan langsung dari suatu perusahaan, seperti :
a.    Bencana alam
b.    Terorisme
c.    Pemogokan massal, unjuk rasa dan kerusuhan
d.    Resesi dan krisi ekonomi
e.    Krisis politik, sengketa antar negara dan perang
  1. Resiko Hukum (Legal Risk)
Risiko hukum berasal dari ketidakpastian tindakan hukum atau ketidakpastian dalam menginterpretasikan atau mengaplikasikan kontrak, hukum dan peraturan. Risiko hukum memilki dua aspek, yaitu ketidakpastian yang bersumber pada tuntutan hukum yang dilakukan oleh stakeholder dan ketidakpastian legislasi, interprestasi dan proses pengadilan.
Risiko operasional terutama terkait dengan berbagai masalah yang dapat diakibatkan oleh kegagalan proses di bank. Namun demikian risiko operasional tidak hanya mempengaruhi kegiatan usaha perbankan tetapi juga berbagai jenis kegiatan usaha lainnya. Sebagai contoh, pabrik mobil dapat menderita kerugian operasional bila tidak menerapkan tindakan kendali kualitas yang ketat atas model-model barunya.


B.     Faktor – faktor pemicu utama resiko operasional
  • Volume bisnis dan operasional bank
  • Kecepatan proses bisnis dan operasional bank
  • Produk-produk dan atau aktivitas baru bank
  • Kecanggihan produk bank
  • Teknologi baru bank
  • Pasar baru yang dikembangkan bank
  • Kompleksitas dan ketergantungan terhadap teknologi informasi
  • Globalisasi
  • E-commerce
  • Ketentuan atau undang-undang baru
  • Tekanan dari pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
  • Tekanan regulasi
  • Perputaran pegawai
  • Kelemahan perjanjian
  • Diversitas budaya dari staf dan nasabah
  • Merger dan Akuisisi,
  • Reorganisasi
  • Kecepatan perubahan teknologi
  • Pemilihan lembaga pemeringkat
C.    Jenis Kejadian Risiko Operasional
Terdapat empat jenis kejadian risiko operasional berdasarkan frekuensi dan dampak, yaitu :
  1. Low Frequency/Low Impact (LF/LI) : jarang terjadi dan dampaknya rendah.
  2. Low Frequency/High Impact (LF/HI) : jarang terjadi namun dampaknya sangat besar.  Sangat sulit untuk diantisipasi dan diprediksi serta memiliki potensi untuk menyebabkan kerugian yang besar.
  1. High Frequency/Low Impact (HF/LI) : sering terjadi namun dampaknya rendah. Jenis risiko ini dikelola untuk meningkatkan efisiensi kegiatan usaha yang pada umumnya sudah diantisipasi dan dianggap sebagai biaya pelaksanaan kegiatan usaha.
  1. High Frequency/High Impact (HF/HI) : sering terjadi dan dampaknya sangat besar.
Secara umum manajemen risiko operasional memfokuskan kepada dua jenis kejadian, yaitu :
  1. Low frequency/high impact (LF/HI)
  2. High frequency/low impact (HF/LI)
Perusahaan mengabaikan suatu kejadian yang memiliki low frequency/low impact karena membutuhkan biaya yang lebih besar untuk mengelolah dan memantau dibandingkan kerugian yang timbul bila terjadi. High frequency/high impact events tidak relevan karena bila kejadian ini terjadi perusahaan (khususnya perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan) secara cepat akan menderita kerugian yang besar dan harus menghentikan usahanya. Kerugian ini juga tidak berkelanjutan dan pengawas akan mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan praktek-praktek bisnis yang buruk. High frequency/low impact events dikelola dengan meningkatkan efisiensi usaha. Kejadian ini umumnya sudah dipahami dan dianggap sebagai ‘the cost of doing business’.

D.    Perubahan Karakteristik Risiko Operational 

      Setiap risiko bisa berubah karateristiknya dari waktu ke waktu. Misalkan pada jaman dulu pencatatan transaksi dilakukan secara manual (karyawan menuliskan harga dan jumlah unit yang diperdagangkan di kertas), cara tersebut dapat memunculkan risiko kesalahan pencatatan. Frekuensi kesalahan cukup sering karena karyawan sering lelah namun biasanya mengakibatkan kerugian yang relative kecil. Sekarang ini sudah banyak cara manual seperti itu diganti dengan pencatatan terkomputerisasi dengan demikian frekuensi kesalahan dapat diturunkan namun akan muncul jenis risiko baru. Apabila terjadi kegagalan atau kelemahan pada system komputer maka kerugian yang muncul akan sangat besar.

a.      Globalisasi
Era globalisasi telah memberi perubahan besar bagi konsep bisnis pada seluruh sektor bisnis, baik financial maupun non financial, sehingga menciptakan konsep produk dibuat untuk bisa menampung keinginan globalisasi tersebut, jika tidak artinya produk tersebut tidak akan laku di pasaran secara baik. Karena itu, perusahaan dituntut untuk menerapkan manajemen yang berbasis konsep global yang secara tidak langsung mekanisme operational perusahaan juga harus bersifat global. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan pelatihan dan pendidikan bagi para karyawan agar mengetahui konsep dan cara berfikir global yang kemudian akan tertuang dalam bentuk hasil produk.

b.      Otomatisasi
Otomatisasi ini menurunkan risiko yang berkaitan dengan manusia (misal kesalahan dalam pencatatan karena kelelahan). Tetapi otomatisasi semacam itu memunculkan risiko yang baru yaitu risiko kegagalan sistem dan semacamnya. Risiko ini cenderung lebih sulit untuk dideteksi dan jika terjadi maka perusahaan akan mengalami kerugian yan signifikan.

c.       Terlalu mengandalkan teknologi
Apabila terlalu mengendalikan teknologi maka akan ada risiko baru yang akan dialami, walaupun dengan menggunakna teknologi memudahkan dalam membantu proses bisnis yang akan lebih cepat.

d.      Outsourcing
Outsourcing merupakan tren bisnis akhir – akhir ini. Outsourcing berarti menggunakan jasa pihak luar untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaan perusahaan. Outsourcing dilakukan dengan pertimbangan efisiensi ( bisa menurunkan biaya ). Jika melakukan pekerjaan sendiri , karena sesuatu hal ( misalkan keahlian yang tidak ada atau skala ekonomi yang kurang ), bagi perusahaan, akan lebih menguntungkan jika menggunakan jasa dari pihak luar untuk pekerjaan tertentu.
      Pegawai outsourcing adalah pegawai yang disediakan oleh suatu lembaga penyedia pegawai yang kemudian oleh lembaga penyedia pegawai akan ditawarkan ke perusahaan untuk diperkerjakan dengan kontrak.
Alasan Perusahaan menerapkan sistem Outsourcing yaitu :
a.       Biaya yang dikeluarkan lebih murah karena tinggal menghubungi lembaga penyalur kerja.
b.      Pegawai outsourcing lebih siap kerja karena sudah dipersiapkan.
c.       Perusahaan hanya bertanggung jawab kepada lembaga penyalur tenaga kerja sesuai kesepakatan.
d.      Tidak ada biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan seperti uang pension dan pesangon.
e.       Perusahaan dengan mudah mengganti karyawan setelah habis kontrak.
Ada beberapa risiko yang harus ditanggung perusahaan ketika menerima pegawai outsourcing :
a.       Tidak punya rasa tanggung psikologis untuk menjaga perusahaan karena pegawai tersebut lebih bertanggung jawab pada penyalur.
b.      Rahasia perusahaan selama ia bekerja mungkin diketahui publik bila ia tidak lagi bekerja diperusahaan.
e.       Perubahan budaya masyarakat
Masyarakat semakin lama semakin pandai, semakin sadar kan hak dan kewajibannya. Kesadaran tersebut cenderung meningkatakan risiko litigasi, dimana masyarakat akan berusaha menuntut apabila merasa dirugikan. Perubahan budaya masyarakat bisa meningkatkan risiko gugatan hukum.

E.     Biaya untuk risiko Operational

Untuk mengatasi risiko operational suatu perusahaan harus membuat analisa mencakup:
a.    Menghitung dan memetakan bentuk risiko yang sedang dan akan dihadapi
b.    Memperhitung biaya yang harus dialokasikan menyangkut pengelolaan  
       risiko
c.    Memutuskan pembentukan mekanisme seperti apa yang layak diterappkan untuk mengelola risiko
d.   Memutuskan dari mana sumberdana yang dapat dialokasikan untuk mendukung penyelesaian operational risk ini.

F.     Risiko Operasional Dan Modal Kerja
Pemahaman risiko operasional berhubungan dengan modal kerja yang dikeluarkan oleh karena itu perlu dilakukan pembuatan pembukuan dengan tujuan:
  1. Dapat dijadikan sebagai laporan pertanggung jawaban pada pimpinan.
  2. Dapat dijadikan sebagai alat prediksi dalam memperkirakan berbagai kebutuhan perusahaan untuk jangka panjang.
  3. Sebagai pedoman bagi berbagai pihak yang berkepentingan untuk melihat kondisi perusahaan dalam menjalankan aktifitasnya.
  4. Sebagai bahan rekomendasi seorang investor dalam mengambil keputusan.

G.    Contoh Kasus: Risiko Operasional pada Bank
Risiko operasional terutama terkait dengan berbagai masalah yang dapat diakibatkan oleh kegagalan proses di bank. Namun demikian risiko operasional tidak hanya mempengaruhi kegiatan usaha perbankan tetapi juga berbagai jenis kegiatan usaha lainnya.
Risiko operasional adalah risiko terpenting yang sehari-harinya dapat mempengaruhi para nasabah. Hal ini menyebabkan bank semakin terfokus pada proses, prosedur dan pengendalian yang terkait dengan risiko operasional. Selama 20 tahun terakhir, manajemen risiko operasional yang tidak tepat telah menyebabkan kerugian pada bank yang besarnya sama atau bahkan lebih besar daripada pada kerugian yang ditimbulkan oleh risiko kredit dan risiko pasar.
Bank pada umumnya sudah tidak asing dengan kegagalan operasional dan telah memiliki rencana dan proses untuk mengendalikan risiko ini.
Permasalahan sehari-hari yang mempengaruhi bank dan mudah diketahui adalah :
·         kegagalan merekonsiliasikan pembayaran kepada dan pembayaran yang diterima dari bank lain
·         kesalahan dalam pelaksanaan atau pencatatan transaksi oleh trader atau staf administrasi yang mengakibatkan posisi pasar yang tidak benar dan
·         permasalahan dalam merekonsiliasikan posisi
·         kegagalan dalam menyeimbangkan saldo kredit dan debet
·         kegagalan sistem transaksi utama setelah dilakukannya upgrading sistem computer
·         kejadian eksternal seperti listrik padam atau banjir
Selama 15 tahun terakhir terdapat peningkatan jumlah kejadian risiko operasional yang high profile dan menyebabkan dampak serius pada profitabilitas dan modal bank. Sebagai konsekuensinya, pengawas perbankan mendorong bank untuk mencermati seluruh proses yang ada di bank dan mempertimbangkan kejadian low frequency/high impact di luar area risiko kredit dan pasar. Regulasi Basel II telah mendorong kemajuan manajemen risiko operasional. Untuk pertama kalinya bank diminta mengkuantifasikan risiko operasional, mengukur dan mengalokasikan modal untuk mengantisipasi risiko operasional sebagaimana halnya yang dilakukan untuk risiko kredit dan risiko pasar.







BAB III
KESIMPULAN

Risiko operasional (operational risk) adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau sebagai akibat dari kejadian eksternal.
Resiko operasional ( menurut habib hadzir dan Muhammad hasanudin) dapat dibagi menjadi beberapa sub-kategori, seperti risiko yang terkait dengan:
·         proses internal
·         kesalahan manusia
·         system informasi
·         kejadian eksternal
·         hukum dan regulasi (risiko legal)
·         ketidakcukupan prosedur dan control
Terdapat beberapa alasan mengapa karakteristik risiko operasional berubah. Alasan-alasan tersebut adalah:
·         Otomatisasi
·         ketergantungan pada teknologi
·         outsourcing
·         terorisme
·         meningkatnya globalisasi
·         insentif dan trading – ‘rouge trader’
·         meningkatnya volume dan nilai transaksi, dan
·         meningkatnya litigasi.







DAFTAR PUSTAKA


Nur Azizah, Annisa.2014.Penentu Risiko Operasional.Di akses 25 November 2016

Ambarwati, Reni.2014.Karakteristik Resiko Operasional Dan Imbal Hasil.Di akses 25 November 2016


Andrie, Dend.2014. Risiko Oprasional.Di Akses 25 November 2016


Melawati, Neng.2013.Resiko Operasional.Di akses 25 November 2016


Seravine.2011.Risiko Operasional.Di akses 25 November 2016


Ircblog.2011.Risiko Operasional.Di akses 25 November 2016


Haeriah, Titi.2015.Risiko Operasional.Di akses 25 November 2016

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar