Tugas : Kelompok
Dosen : Dra. Nurmiani
Abidin, MH.
MAKALAH
ETIKA DAN PERILAKU
(PENGEMBANGAN WAWASAN
SIKAP PERILAKU)
KELOMPOK 5
KELAS : 2F
WIWIEK KARTIKASARI M. 14179247
PARWATI 14179234
SRI ROSITA 14179245
DWIYATNA INDAH SARI 14179220
ADL MAREO JAELANI 14179274
WIRA EKO ZAKARIA 13179005
STIM NITRO MAKASSAR
2015
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Pengembangan Wawasan Sikap
Perilaku”.
Dalam
tiap Subbab dalam Makalah ini kami membahas materi informasi yang sesuai dengan
materi yang diberikan. Makalah ini disajikan secara sistematis sehingga
memudahkan mahasiswa untuk memahaminya. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik serta kritik yang
dapat membangun kami untuk menjadi lebih baik. Kritik yang konstruktif dari
pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Makassar, 10 Mei 2015
Sikap adalah pernyataan evaluatif
terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang
terhadap sesuatu.
Komponen utama sikap
Keyakinan
bahwa "Diskriminasi itu salah" merupakan sebuah pernyataan evaluatif.
Opini semacam ini adalah komponen kognitif dari sikap yang menentukan tingkatan untuk bagian yang
lebih penting dari sebuah sikap -komponen afektifnya. Perasaan adalah segmen emosional atau perasaan dari sebuah sikap dan tercermin dalam pernyataan seperti
"Saya tidak menyukai John karena ia mendiskriminasi orang-orang
minoritas." Akhirnya, perasaan bisa menimbulkan hasil akhir dari perilaku. Komponen perilaku dari sebuah sikap merujuk pada suatu
maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu..
Perilaku mengikuti sikap
Pada
akhir tahun 1960-an, hubungan yang diterima tentang sikap dan perilaku ditentang oleh sebuah tinjauan dari penelitian. Berdasarkan
evaluasi sejumlah penelitian yang menyelidiki hubungan sikap-perilaku, peninjau menyimpulkan bahwa sikap tidak berhubungan dengan
perilaku atau, paling banyak, hanya berhubungan sedikit. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa sikap memprediksi perilaku masa depan secara signifikan dan memperkuat keyakinan
semula dari Festinger bahwa hubungan tersebut bisa ditingkatkan dengan
memperhitungkan variabel-variabel pengait.
Sikap
(attitude) didefinisikan oleh Robbins (2007) sebagai pernyataan
evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek,
individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang
tentang sesuatu.
Sementara
Kreitner dan Kinicki (2005) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan merespon
sesuatu secara konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan
memperhatikan objek tertentu.
Setyobroto
(2004) dalam buku psikologi dasar mengutip beberapa definisi sikap dari
berbagai ahli, yang antara lain dinyatakan oleh
- Harvey dan Smith menegaskan bahwa sikap adalah cara bertindak tersebut cenderung positif dan negatif. Sikap tidak tampak dari dan tidak dapat diamati, yang tampak adalah perilaku atau tindakan.
- Thursone menyatakan sikap dapat diukur dari pendapat-pendapat seseorang.
- Raymont B. Cattell menyatakan bahwa sikap bukanlah suatu tindakan, atau aksi, tetapi merupakan cara bertindak. Sesuai pendapat tersebut,
- Newcomb mengatakan bahwa sikap bukan sebagai pelaksana motif tertentu, tetapi merupakan kesediaan untuk bangkitnya motif tertentu. Lebih lanjut, Newcomb menyatakan bahwa dari sudut pandang motivasi sikap merupakan suatu keadaan kesediaan untuk bangkitnya motif.
Selanjutnya,
Setyobroto (2004) merangkum batasan sikap dari berbagai ahli psikologi sosial
diantaranya pendapat G.W. Alport, Guilford, Adiseshiah dan John Farry, serta
Kerlinger yaitu :
- Sikap bukan pembawaan sejak lahir
- Dapat berubah melalui pengalaman
- Merupakan organisasi keyakinan-keyakinan
- Merupakan kesiapan untuk bereaksi
- Relatif bersifat tetap
- Hanya cocok untuk situasi tertentu
- Selalu berhubungan dengan subjek dan objek tertentu
- Merupakan penilaian dari penafsiran terhadap sesuatu
- Bervariasi dalam kualitas dan intensitas
- Meliputi sejumlah kecil atau banyak item
- Mengandung komponen kognitif, afektif dan konatif
Sesuai
dengan pendapat serta sifat-sifat yang dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan pengertian sikap sebagai organisasi keyakinan-keyakinan yang
mengandung aspek kognitif, konatif dan afektif yang merupakan kesiapan mental
psikologis untuk mereaksi dan bertindak secara positif atau negatif terhadap
objek tertentu. Dari definisi di atas dapat juga disimpulkan bahwa sikap
bukanlah pembawaan sejak lahir, sikap dapat berubah melalui pengalaman,
merupakan organisasi keyakinan, merupakan kesiapan untuk memberikan reaksi,
relatif tetap, hanya cocok untuk situasi tertentu, serta merupakan penilaian
dan penafsiran terhadap sesuatu.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Sikap
Proses belajar sosial terbentuk
dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap
tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
1. Pengalaman pribadi.
Untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2. Kebudayaan.
B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005)
menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk
kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang
konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang
dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut,
bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
3. Orang lain yang dianggap penting.
Pada umumnya, individu bersikap
konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut.
4. Media massa.
Sebagai sarana komunikasi,
berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup
kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempresepsikan dan menilai sesuatu hal
sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
Komponen
Sikap
Menurut Azwar (2005), komponen-komponen sikap adalah :
1 Kognitif
Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.
2 Afektif
Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek, secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu obyek.
3 Konatif
Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.
Menurut Azwar (2005), komponen-komponen sikap adalah :
1 Kognitif
Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.
2 Afektif
Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek, secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu obyek.
3 Konatif
Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.
Tingkatan Sikap
Berbagai tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) tediri dari :
1 Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2 Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3 Menghargai (Valuting)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.
4 Bertanggung jawab (Responsile)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Bentuk-Bentuk Sikap
A. Sikap Positif
Berbagai tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) tediri dari :
1 Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2 Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3 Menghargai (Valuting)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.
4 Bertanggung jawab (Responsile)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Bentuk-Bentuk Sikap
A. Sikap Positif
Sikap positif adalah perwujudan nyata dari suasana jiwa yang
terutama memperhatikan hal-hal yang positif . Ini adalah suasana jiwa yang
lebih mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan,
kegembiraan dari pada kesedihan, harapan dari pada keputusasaan. Bila sesuatu
terjadi sehingga membelokkan fokus mental seseorang ke arah negatif, mereka
yang positif mengetahui bahwa guna memulihkan dirinya, penyesuaian harus
dilakukan, karena sikap hanya dapat dipertahankan dengan kesadaran.
Cerminan sikap positif :
Cerminan sikap positif :
·
Merupakan sesuatu yang indah dan membawa seseorang untuk
selalu dikenang, dihargai, dan dihormati.
· Mengatakan
bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri, bahwa ia patut
· dikenal
dan diketahui.
· Mengatakarurya
tidak hanya melalui ekspresi wajah, tetapi juga melalui bagaimana cara ia
berbicara, berjumpa orang lain, dan cara menghadapi masalah.
:B.
Sikap Negatif
Sikap
negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada kesulitan
diri dan kegagalan.
Cerminan sikap negatif :
Cerminan sikap negatif :
·
Lebih dari sekedar bermuka sedih.
· Merupakan
sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.
· Sesuatu
yang menyatakan ketidakramahan, tidak menyenangkan, dan tidak memiliki
kepercayaan diri.
· Banyak
hal-hal yang menarik dalam membicarakan sikap.
Sikap
dapat positif atau negatif, tetapi tidak diantaranya. Ada berbagai sikap
positif maupun sikap negatif tetapi tidak pernah ada apa yang disebut sikap
positif-negatif. Anda mungkin mengira bahwa Anda memiliki kemampuan untuk
bertingkah laku menyenangkan atau tidak menyenangkan setiap waktu Anda
inginkan. Secara teknis ini benar, tetapi Anda harus ingat, bahwa sikap-sikap
adalah kebiasaan dan sebagaimana kebiasaan-kebiasaan lainnya,lebih sering
kebiasaan tersebut dilakukan, kebiasaan tersebut akan lebih melekat, bertambah
sulit untuk tidak melakukan reaksi yang sama pada kesempatan lain.
Macam-Macam Sikap:
Sikap Agresif : selalu berlebih-lebihan, menyerang/ mengikuti emosi.
Sikap Submisif : apatis
Sikap Asertive : mampu menyampaikan pendapat,perasaan,kepentingan secara langsung, jujur, obyektif,tidak terpengaruh emosi.
Para ahli psikologi telah menggambarkan proses kebiasaan sebagai berikut:
Andaikan pikiran Anda sebagai suatu gumpalan benda menyerupai bola tanah liat yang padat. Bola tanah tersebut berhubungan dengan akar-akar syaraf yang banyak sekali. Setiap kali Anda mengalami suatu yang baru, "arus syaraf." akan dikirimkan melalui gumpalan tadi. Bagi setiap pengalaman baru arus syaraf harus melacak jejak baru secara lengkap dan ini membutuhkan kemauan kita untuk menggerakannya.
Jejak yang dibuat oleh arus syaraf berbekas, dan setiap kali kita mengalami rangsangan yang sama, jalan atau rute daripada arus menjadi lebih mudah. Setelah itu, kemauan atau reaksi menjadi otomatis. Sebagai contoh misalnya, pada saat pertama Anda mengendarai mobil, hal ini sangat sulit, dan Anda harus menguras seluruh perhatian Anda dan 'berkeinginan' untuk menguasai ketrampilan mengendarai mobil. Setelah Anda berlatih beberapa kali, lama kelamaan mengendarai mobil dirasakan sesuatu yang mudah. Selanjutnya bila Anda telah mengendarai mobil untuk kesekian kalinya, Anda melakukan aktivitas tersebut secara otomatis.
Quote:Ada 2 (dua) langkah untuk menghilangkan sikap negatif yaitu:
Macam-Macam Sikap:
Sikap Agresif : selalu berlebih-lebihan, menyerang/ mengikuti emosi.
Sikap Submisif : apatis
Sikap Asertive : mampu menyampaikan pendapat,perasaan,kepentingan secara langsung, jujur, obyektif,tidak terpengaruh emosi.
Para ahli psikologi telah menggambarkan proses kebiasaan sebagai berikut:
Andaikan pikiran Anda sebagai suatu gumpalan benda menyerupai bola tanah liat yang padat. Bola tanah tersebut berhubungan dengan akar-akar syaraf yang banyak sekali. Setiap kali Anda mengalami suatu yang baru, "arus syaraf." akan dikirimkan melalui gumpalan tadi. Bagi setiap pengalaman baru arus syaraf harus melacak jejak baru secara lengkap dan ini membutuhkan kemauan kita untuk menggerakannya.
Jejak yang dibuat oleh arus syaraf berbekas, dan setiap kali kita mengalami rangsangan yang sama, jalan atau rute daripada arus menjadi lebih mudah. Setelah itu, kemauan atau reaksi menjadi otomatis. Sebagai contoh misalnya, pada saat pertama Anda mengendarai mobil, hal ini sangat sulit, dan Anda harus menguras seluruh perhatian Anda dan 'berkeinginan' untuk menguasai ketrampilan mengendarai mobil. Setelah Anda berlatih beberapa kali, lama kelamaan mengendarai mobil dirasakan sesuatu yang mudah. Selanjutnya bila Anda telah mengendarai mobil untuk kesekian kalinya, Anda melakukan aktivitas tersebut secara otomatis.
Quote:Ada 2 (dua) langkah untuk menghilangkan sikap negatif yaitu:
·
Belajar mengenalinya. Bersikap jujur terhadap diri Anda
sendiri. Tanyalah pada seseorang yang anda percaya dan hargai.
· Akui bahwa
Anda melakukannya bila Anda melihat sikap tersebut pada diri Anda.
Pembentukan Sikap
Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, dimulai dari proses belajar. Proses belajar ini dapat terjadi karena pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan objek tertentu, seperti orang, benda atau peristiwa,dengan cara menghubungkan objek tersebut dengan pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang telah memiliki sikap tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses belajar sosial dengan orang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah (Azwar:1995,30):
Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, dimulai dari proses belajar. Proses belajar ini dapat terjadi karena pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan objek tertentu, seperti orang, benda atau peristiwa,dengan cara menghubungkan objek tersebut dengan pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang telah memiliki sikap tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses belajar sosial dengan orang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah (Azwar:1995,30):
1. Pengalaman Pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis yang akan membentuk sikap positif dan sikap negatif. Pembentukan tanggapan terhadap obyek merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi di mana tanggapan itu terbentuk, dan ciri-ciri obyektif yang dimiliki oleh stimulus. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting Orang
lain di sekitar kita merupakan salah satu di antara komponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting akan banyak
mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Orang-orang yang biasanya
dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya
lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami,
dan lain-lain.
3. Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap kita terutama kebudayaan dimana kita hidup dan
dibesarkan. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap
berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena
kebudayaan pula-lah yang memberi corak pengalaman-pengalaman individu-individu
yang menjadi anggota kelompok masyarakatnya. Hanya kepribadian individu yang
telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominansi kebudayaan dalam
pembentukan sikap individual.
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku
yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau
genetika.
Perilaku seseorang dikelompokkan
ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi,
perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan
oleh karenanya merupakan suatu tindakan
sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan
sebagai perilaku sosial, yang
merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial
adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan
terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma
sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran
perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor
penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan.
Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan
yang holistik dan komprehensif.
Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku manusia
- Genetika
- Sikap – adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu.
- Norma sosial – adalah pengaruh tekanan sosial.
- Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku. dll
Ruang lingkup
Benjamin Bloom, seorang psikolog pendidikan,
membedakan adanya tiga bidang perilaku, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam
perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi
menjadi tiga tingkat:
- Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya.
- Sikap (attitude)
Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap
stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan.
- Tindakan atau praktik (practice)
Tindakan ini merujuk pada perilaku yang
diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan
dan sikap yang
telah dimiliki.
Selain itu, Skinner juga memaparkan definisi
perilaku sebagai berikut perilaku merupakan hasil hubungan antara rangsangan
(stimulus) dan tanggapan (respon). Ia membedakan adanya dua bentuk tanggapan, yakni:
- Respondent response atau reflexive response, ialah tanggapan yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsangan yang semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan tanggapan yang relatif tetap.
- Operant response atau instrumental response, adalah tanggapan yang timbul dan berkembangnya sebagai akibat oleh rangsangan tertentu, yang disebut reinforcing stimuli atau reinforcer. Rangsangan tersebut dapat memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu, rangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan.
Perilaku Sehat
Menurut Becker. Konsep perilaku sehat ini merupakan
pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan
perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan
kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health
attitude) dan praktik kesehatan (health practice). Hal ini berguna
untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang
menjadi unit
analisis penelitian.
Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi :
1. Pengetahuan Kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. dan atau memengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
2. Sikap terhadap kesehatan sikap yang sehat
dimulai dari diri sendiri, dengan memperhatikan kebutuhan kesehatan dalam tubuh
dibandig keinginan.
3. Praktek kesehatan Praktek kesehatan untuk hidup
sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang
dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular
dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau
memengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan
tindakan untuk menghindari kecelakaan.
Faktor yang
mempengaruhi perilaku:
1. Faktor Internal
Tingkah laku manusia adalah corak
kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya.
Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis
kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-faktor
tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.
a. Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang
ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini
berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku
ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam
kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong,
agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula
beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan
perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan
pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa
dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian
tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang
laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
c. Sifat Fisik
Kretschmer
Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya.
Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis.
Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak
teman
d. Kepribadian
adalah segala
corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk
bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari
dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu
merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari
pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap
perilaku sehari-harinya
e. Intelegensia
adalah
keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan
efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat
dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia
adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat,
tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan
f. Bakat
adalah suatu
kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus
mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa
kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya
2. Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Inti dari
kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar
mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan
sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang
berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan
rendah.
b. Agama
Agama akan
menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang
diajarkan oleh agama yang diyakininya.
c. Kebudayaan
diartikan sebagai
kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam
kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan
lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
d. Lingkungan
adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun
sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu
karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk
mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi
jinak dan dapat dikuasainya.
e. Sosial Ekonomi
Status sosial
ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
perilaku seseorang.
Komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude) yaitu :
Kognitif (cognitive)
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah
terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat
diharapkan dari obyek tertentu
Afektif (affective)
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang
terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan
yang dimiliki obyek tertentu.
Konatif (conative)
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam
struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku
dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang
dihadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar