KOMUNIKASI BISNIS
“Komunikasi Lintas Budaya”
Dosen :
Dr. Kasnaeny K, S.E., M.Si.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS : 7D
WIWIEK KARTIKASARI M. 14179247
SRI WAHYUNI 14179281
FADILLAH NURUL IFFAH 14179239
PRATIWI JOTAN 14179306
AYU ARDHITYA WULANDARI 14179283
AHMAD FAUZI 14179320
SEKOLAH TINGGI
ILMU MANAJEMEN
NITRO MAKASSAR
2017
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini pada mata kuliah
Komunikasi Bisnis dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas tentang “Komunikasi Lintas Budaya”.
Dalam
tiap Subbab dalam Makalah ini kami membahas materi informasi yang sesuai dengan
materi yang diberikan. Makalah ini disajikan secara sistematis sehingga
diharapkan dapat memudahkan mahasiswa untuk memahaminya. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik serta kritik yang
dapat membangun kami untuk menjadi lebih baik. Kritik yang baik dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Makassar,
17 Maret 2017
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
3
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.....................................................................................................
4
B. Rumusan
Masalah................................................................................................
5
C. Tujuan
Penulisan..................................................................................................
5
BAB
II : PEMBAHASAN
A. Pengertian
Komunikasi Lintas Budaya...............................................................
6
B. Pentingnya
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya....................................................
8
C.
Memahami Budaya dan Perbedaannya...............................................................
9
D.
Berkomunikasi dengan Orang Berbudaya
Asing................................................ 15
E.
Hambatan Komunikasi Lintas Budaya................................................................ 18
F.
Menghadapi Reaksi Etnosentris.......................................................................... 21
BAB
III : PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 25
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi satu sama lain, baik itu dengan
sesama, adat istiadat, norma, pengetahuan ataupun budaya di sekitarnya. Dan
setiap manusia sangat membutuhkan itu semua, karena manusia tidak dapat hidup
secara individu, dalam kehidupannya pasti membutuhkan pertolongan dari orang
lain. Dan untuk mewujudkan itu semua diperlukan komunikasi yang baik.
Dalam
menjalin komunikasi yang baik tentu banyak hal yang harus diperhatikan, salah
satunya yaitu perbedaan budaya. Namun, tidaklah asing bagi kita sebagai warga
Negara Indonesia dengan adanya perbedaan budaya di kalangan masyarakat kita,
karena mengingat begitu luasnya wilayah Indonesia hingga Indonesia disebut-sebut
sebagai negara seribu pulau. Hal ini patutlah membuat kita sebagai warga Negara
Indonesia menjadi bangga akan kekayaan kebudayaan kita. Akan tetapi pada
Kenyataanya seringkali kita tidak bisa menerima atau merasa kesulitan
menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang terjadi akibat interaksi
tersebut, seperti kebiasaan yang berbeda dari seorang teman yang berbeda asal
daerah atau cara-cara yang menjadi kebiasaan (bahasa, tradisi atau norma-norma)
yang berlaku dari suatu daerah.
Selain
itu, semakin semaraknya komunikasi lintas budaya tak lepas dari semakin pesatnya
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Disamping itu, juga semakin terbukanya
kesempatan masuknya berbagai kegiatan bisnis dari satu negara ke negara lain, sehingga
menjadikan komunikasi bisnis lintas budaya menjadi pokok bahasan yang semakin menarik.
Bagaimana meningkatkan keterampilan komunikasi bisnis lintas budaya juga
menjadi salah satu faktor penting yang perlu mendapat perhatian bagi para
manajemen puncak suatu perusahaan.
Oleh
karena itu, disini manfaatnya kita perlu belajar mengenai bagaimana cara
berkomunikasi antar budaya yang berbeda. Tidak hanya dengan satu bangsa
melainkan lintas bangsa, lintas bangsa disini yang dimaksud adalah kebudayaan
dari luar negara Indonesia misalnya (Cina, Jepang, Inggris, Amerika, dan negara
lainya). Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai “Komunikasi Lintas Budaya”.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
Pengertian Komunikasi Lintas Budaya?
2. Apa
Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya?
3. Bagaimana Cara Memahami Budaya dan
Perbedaannya ?
4. Bagaimana Berkomunikasi dengan Orang
Berbudaya Asing ?
5. Apa
Hambatan Komunikasi Lintas Budaya?
6. Bagaimana
Menghadapi Reaksi Etnosentris?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
Mengetahui Pengertian Komunikasi Lintas Budaya
2. Untuk
Mengetahui Pentingnya Komunikasi Bisnis
Lintas Budaya
3. Untuk
Mengetahui Cara Memahami Budaya dan
Perbedaannya
4. Untuk
Mengetahui Cara Berkomunikasi dengan Orang
Berbudaya Asing
5. Untuk
Mengetahui Hambatan Komunikasi Lintas Budaya
6. Untuk
Mengetahui Cara Menghadapi Reaksi
Etnosentri
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi lintas budaya merupakan bentuk komunikasi yang
bertujuan untuk saling berbagi informasi di berbagai budaya dan kelompok
sosial. Hal ini digunakan untuk menggambarkan berbagai proses komunikasi dan
masalah-masalah yang secara alami muncul dalam suatu organisasi atau konteks
sosial yang terdiri dari individu-individu dari berbagai agama, sosial, etnis,
dan latar belakang pendidikan. Komunikasi lintas budaya secara sinonim kadang kadang digunakan dengan komunikasi
antar-budaya.
Dalam hal ini berusaha untuk memahami bagaimana orang-orang dari negara dan tindakan budaya yang berbeda, berkomunikasi dan memahami dunia di sekitar mereka. Banyak
orang di komunikasi bisnis lintas budaya yang berpendapat bahwa budaya
menentukan bagaimana orang menyandi pesan, apa yang sedang mereka pilih untuk
transmisi mereka, dan cara pesan ditafsirkan.
Bagi
para pelaku bisnis, pemahaman yang baik terhadap budaya di suatu daerah,
wilayah, atau negara menjadi sangat penting artinya bagi pencapaian tujuan
organisasi bisnis. Secara sederhana, komunikasi
bisnis lintas budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik
komunikasi verbal maupun non verbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya
di suatu daerah, wilayah, atau negara. Pengertian lintas budaya
dalam hal ini bukanlah semata-mata budaya asing (internasional), tetapi juga
budaya yang tumbuh dan berkembang diberbagai daerah dalam wilayah suatu negara.
Apabila para pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya
ke daerah lain atau ke negara lain, pemahaman budaya di suatu daerah atau
negara tersebut menjadi sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami
produk-produk musiman di suatu negara. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai
terjadi kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan bisnis.
Indonesia
sebagai salah satu negara yang sangat kaya dengan aneka macam budaya merupakan
salah satu contoh yang sangat berharga bagi para pelaku bisnis dalam menerapkan
komunikasi bisnis lintas budaya. Sebagaimana diketahui, setiap daerah yang ada
di Indonesia ini memiliki kekhasan budaya yang tidak dimiliki oleh daerah
lainnya, seperti bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain, bagaimana
seseorang menghargai orang lain, bagaimana mereka memanfaatkan waktu yang ada,
bagaimana mereka bekerja, bagaimana mereka meyakini atau mempercayai sesuatu
yang sudah turun- temurun dari nenek moyang mereka, bagaiamana mereka
berpakaian, dan bagaimana mereka memperlakukan suatu produk.
Apabila
para pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau ke
negara lain, pemahaman budaya di suatu daerah atau negara tersebut menjadi
sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk musiman di
suatu negara. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi kesalahan fatal
yang dapat mengakibatkan kegagalan bisnis. Sebagai contoh, seorang pelaku
bisnis ingin memasaarkan produk baru ke negara lain pada saat musim salju.
Produk apa saja yang sebaiknya dipasarkan pada musim seperti itu ? pemahaman
yang baik terhadap bagaimana masyarakat suatu negara bersikap dan berperilaku dalam
kehidupan sehari-hari mereka di musim-musim tertentu sangatlah diperlukan,
apabila bagi para pelaku bisnis.
Pada
umumnya, masyarakat di suatu negara yang memiliki musim salju akan
mempersiapkan berbagai kebutuhan hidupnya sesuai dengan cuaca yang sangat
dingin dengan suhu di bawah nol derajat. Pada saat musim salju tiba, mereka
memerlukan berbagai macam produk yang sesuai dengan musimnya, misalnya produk
jaket, sweater, alat penghangat ruangan, sepatu untuk salju, sarung tangan
untuk salju, dan sejenisnya. Oleh karena produk-produk tersebut sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, wajar apabila harganya pada saat musim salju
relative mahal. Sebaliknya, harganya di luar musim salju cenderung murah karena
dijual dengan harga diskon atau obral.
B.
Pentingnya
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Sudah
saatnya para pengambil keputusan, khusunya manajemen puncak, mengantisipasi era
perdagangan bebas dan globalisasi sejak dini. Era yang ditandai semakin
meluasnya berbagai produk dan jasa termasuk tehnologi dan komunikasi ini,
menyebabkan pertukaran informasi dari suatu Negara ke Negara lain semakin
leluasa, sehingga seolah dunia ini tidak lagi terikat dengan sekat-sekat yang
membatasi wilayah suatu Negara .
Tanpa mengamati secara jeli, orang awam pun mengetahui bahwa sudah lama
Indonesia memasuki era globalisasi. Contoh sederhanya adalah masuknya sejumlah
produk dan jasa dari luar negeri yang dapat dikonsumsi oleh konsumen di tanah
air, seperti makanan cepat saji, minuman ringan, mainan anak-anak, pakaian,
perlengkapan komunikasi, computer personal, priduk elektronik (audio visual),
dan pekerja asing dalam berbagai bidang keahliannya.
Dalam menyikapi era perdagangan bebas dan globalisasi, perusahaan-perusahaan
besar mencoba melaukan bisnis secara global. Pada umumnya,
perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di tanah air baik dibidang
manufaktur, eksplorasi, maupun jasa, menggunakan beberapa konsultan asing untuk
mengembangkan perusahaan mereka. Begitu pula sebaliknya, perusahaan-perusahaan
besar di tanah air juga ada yang mengembangkan bisnisnya ke berbagai Negara.
Dengan melihat perkembangan atau tren saat ini, komunikasi bisnis lintas budaya
menjadi sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis di antara
mereka. Bagaimanapun diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang atau
lebih dalam melakukan lintas budaya, baik melalui tulisan (termasuk komunikasi
lewat internet) maupun lisan (bertatap muka langsung).
Semakin
banyaknya pola kerjasama maupun kesepakatan ekonomi di berbagai kawasan dunia
saat ini akan menjadikan komunoikasi bisnis lintas budaya sangat penting. Saat
ini ada beberapa pola kerjasama ekonomi di berbagai kawasan dunia, seperti
kawasan ASEAN (AFTA/ ASEAN Free Trade Area), kawasan Asia Pacific (APEC),
kawasan Amerika Utara (NAFTA/North American Free Trade Area), kawasan Kanada
(CFTA/ Canada Free Trade Area), kawasan Eropa Tengah (CEFTA/ Central European
Free Trade Agreeman), kawasan Eropa (EFTA/ European Free Trade Area), dan
kawasan Amerika Latin (LAFTA/ Latin American Free Trade Asociation).
Operasi global akan meningkatkan kebutuhan untuk berkomunikasi dengan budaya
asing. Baik berada di Negara sendiri maupun di Negara asing, tetap ada
kemungkinan untuk berkomunikasi dengan seseorang dengan berbagai latar belakang
budaya dan bahasa. Interaksi lintas budaya terjadi dalam komunikasi internal
maupun eksternal perusahaan. Dalam komunikasi internal akan terjadi interaksi
antarpekerja yang berasal dari berbagai bangsa dan suku bangsa. Sementara dalam
komunikasi eksternal, perusahaan akan berhadapan dengan pelanggan, pemasok,
investor, dan pesaing dari berbagai Negara. Untuk mempermudah komunikasi,
pekerja tidak hanya dituntut mampu menggunakan bahasa yang berlaku secara
internasional, tetapi juga meningkatkan pemahaman terhadap budaya asing.
Pendek
kata dengan semakin terbukanya peluang perusaahaan multinasional masuk ke
wilayah suatu Negara dan didorong dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi, maka pada saat itulah kebutuhan akan komunikasi
bisnis lintas budaya menjadi semakin penting artinya.
C.
Memahami Budaya Dan Perbedaan Budaya
Budaya adalah simbol, keyakinan, sikap, nilai, harapan,
dan norma tingkah laku yang dimiliki bersama (Dewi, 2006 dalam Boove dan Thill 2003,68). Budaya juga
diartikan sebagai konvensi-konvensi kebiasaan, sikap, dan perilaku sekelompok
orang (Dewi, 2006 dalam Heart,
2004:125). Semua anggota suatu budaya memiliki asumsi serupa mengenai bagaimana
seharusnya berpikir, bertingkah laku, dan berkomunikasi. Mereka cenderung
bertindak dengan cara yang serupa sesuai dengan asumsi yang dianut.
Beberapa budaya terdiri atas beberapa kelompok budaya
yang beragam dan berbeda.
Kelompok budaya utama terdiri atas beberapa kelompok budaya yang cenderung
homogen. Kelompok budaya yang cenderung homogen dalam yang ada dalam suatu
budaya disebut subbudaya. Misalnya, budaya Indonesia terdiri atas berbagai
subbudaya etnik Jawa, Sunda, Bali, Betawi, Batak, Dayak, Sasak, dan lain
sebagainya. Selain itu, terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang tidak
memenuhi kriteria sebagai subbudaya, tetapi memiliki ciri-ciri yang mencolok.
Kelompok itu sering disebut subkelompok yang menyimpang. Misalnya, kaum
homoseks, waria, pecandu obat bius, dan penganut sekte agama yang dilarang.
Komunikasi lintas budaya terjadi dalam berbagai aspek situasi, yang berkisar
dari interaksi antara orang-orang yang budayanya berbeda secara ekstrim hingga
dalam interaksi antara orang-orang yang budayanya sama, tetapi subbudayanya
atau subkelompok budayanya berbeda. Besarnya perbedaan antara budaya yang satu
dengan budaya yang lain tergantung pada tingkat keunikan masing-masing.
Komunikasi lintas budaya yang efektif bergantung pada pemahaman terhadap
perbedaan budaya. Selain mempermudah hubungan bisnis, pemahaman terhadap
perbedaan budaya sekaligus juga meningkatkan reputasi perusahaan.
1. Mengenali
Perbedaan Budaya
Perbedaan budaya muncul dalam nilai-nilai sosial, gagasan
mengenai status, kebiasaan membuat keputusan, sikap terhadap waktu, penggunaan
ruang, konteks budaya, bahasa tubuh, sopan santun, dan tingkah laku etis (Boove
dan Thill, 2003:69).
a. Nilai-nilai
sosial
Pada umumnya,
penduduk Amerika Serikat menjunjung tinggi kerja keras dan menyelesaikan
tugas-tugas secara efisien. Penggunaan dua pekerja dengan metode kerja modern
dianggap lebih baik daripada dengan menggunakan empat pekerja, tetapi dengan
metode kerja tradisional. Sementara itu, di negara-negara yang angka
penganggurannya tinggi, seperti India dan Pakistan, menciptakan pekerjaan lebih
penting dibandingkan dengan bekerja secara efisien. Oleh karena itu, para
eksekutif di negara tersebut lebih suka memperkerjakan empat orang dibandingkan
dengan dua orang. Nilai-nilai sosial dapat memengaruhi tindakan seseorang.
b. Peran dan
Status
Di banyak negara, wanita belum memainkan peran yang
memainkan peran dalam bisnis. Apabila ada eksekutif wanita yang berkunjung ke
negara tersebut, bisa jadi itu disepelekan atau dianggap tidak seriius. Negara
juga menentukan cara seseorang dalam menunjukkan rasa hormat kepada atasan.
Misalnya, atasan disapa “Mr. Robert” atau “Mr. Black” di Amerika Serikat.
Sedangkan, di Cina digunakan gelar jabatan untuk menyapa seseorang, misalnya
“Direktur Ho” atau “Manajer Han”.
Konsep Status juga berbeda-beda. Misalnya, manajer puncak
di Amerika Serikat memiliki ruang kerja khusus, karpet tebal, meja paling
mahal, dan asesoris paling mewah. Namun di Perancis, manajer puncak bekerja di
ruang terbuka dan di kelilingi dengan manajer menengah.
c. Adat Pembuatan
Keputusan
Di Amerika Serikat dan Kanada, pelaku bisnis berusaha
mencapai keputusan secepat dan seefisien mungkin. Manajer puncak cukup
memikirkan hal pokok saja, sedangkan rincian diserahkan kepada bawahan. Tidak
demikian halnya di Yunani, mengabaikan rincian dianggap sikap menghindar dan
tidak dapat dipercaya. Di Pakistan, pengambilan keputusan cukup dilakukan
eksekutif tinggi. Di Cina dan Jepang, pengambilan keputusan dilakukan secara
konsensus melalui proses yang rumit dan waktu yang panjang. Persetujuan harus
lengkap dan tidak ada aturan mayoritas.
d. Konsep Mengenai
Waktu
Perbedaan
konsep mengenai waktu dapat menimbulkan salah pengertian. Bagi eksekutif
Amerika Serikat dan Jerman, waktu menjadi penentu rencana agar bisa efisien dan
fokus pada satu kegiatan pada periode tertentu. Pengaturan berbagai aktivitas
dibatasi oleh waktu. Bagi ekskekutif di Asia, membangun fondasi hubungan bisnis
jauh lebih penting daripada menepati batas waktu atau jadwal yang ketat. Waktu
yang diperlukan untuk saling mengenal dan menjajagi latar belakang relasi
bisnis cukup fleksibel.
e. Konsep Ruang
Pribadi
Ruang memiliki
arti yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Orang Kanada dan Amerika Serikat
biasanya berdiri terpisah sekitar 5 kaki ketika berbicara mengenai bisnis.
Jarak tersebut terlalu dekat bagi orang Jerman dan Jepang. Akan tetapi bagi
orang Arab dan Amerika Latin, jarak tersebut tidak nyaman karena terlalu jauh.
Akan terjadi dansa budaya bila orang Arab dan Jerman berbicara bisnis, dikatan
demikian karena dimana orang Jerman selalu bergerak menjauh dan orang Arab
selalu bergerak mendekat. Akibatnya, orang Jerman merasa tidak nyaman karena
selalu didekati dan orang Arab merasa tersinggung karena selalu dijauhi.
f. Konteks Budaya
Konteks budaya
merupakan petunjuk fisik dan pemahaman implisit yang menyertai makna diantara
mereka yang berkomunikasi. (Dewi,
2006 dalam Quible, 1996:409) membagi konteks budaya menjadi dua tingkat, yaitu :
o
Budaya konteks tinggi ( high context
culture)
Budaya konteks tinggi (misalnya Korea dan Taiwan)
cenderung lebih memperhatikan petunjuk yang bersifat nonverbal (ekspresi muka,
bahasa tubuh) daripada verbal. Bagi budaya konteks tinggi, jaminan dan
kepercayaan pribadi lebih penting daripada kontrak dan pandangan terhadap hukum
yang lebih fleksibel.
o
Budaya konteks rendah ( low context
culture)
Budaya konteks rendah (misalnya, Amerika dan Eropa) lebih
memperhatikan pesan yang diungkapkan secara verbal. Oleh karena itu, bagi
budaya konteks rendah, persetujuan tertulis dianggap lebih mengikat karena
memiliki dasar hukum yang kuat.
g. Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh
bisa dipergunakan untuk membantu menjelaskan pesan yang membingungkan. Namun,
bahasa tubuh juga bisa menjadi penyebab adanya salah pengertian antarbudaya.
Menguasai bahasa suatu budaya tidak berarti juga menguasai bahasa tubuhnya.
Orang-orang dari budaya berbeda kadang-kadang salah membaca tanda yang
dikirimkan oleh bahasa tubuh. Misalnya, untuk menyatakan ‘tidak’ orang Amerika
Serikat dan Kanada akan menggeleng, orang Bulgaria mengangguk, orang Jepang
mengangkat tangan kanan, dan orang Sisilia mengangkat dagunya.
Ucapan selamat datang disampaikan oleh orang Indonesia
dengan cara bersalaman. Sementara suku Indian mengucapkan selamat datang dengan
menjulurkan lidah. Bagi orang Amerika Serikat menjulurkan lidah dianggap suatu
ejekan.
h. Tingkah Laku Sosial dan Sopan Santun
Sesuatu yang
dianggap sopan oleh suatu budaya mungkin dianggap kasar oleh budaya lain.
Aturan mengenai tingkah laku sopan bervariasi antara suatu negara dengan negara
yang lain. Memberi hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak sopan oleh
orang Arab. Menaikkan kaki ke atas meja dan memberikan sesuatu dengan tangan
kiri dianggap biasa oleh orang Amerika Serikat, tetapi dianggap suatu penghinaan
oleh orang Mesir. Di Spanyol, jabatan tangan berlangsung lima sampai tujuh kali
ayunan. Sementara di Perancis orang lebih suka berjabat tangan dengan satu kali
ayunan.
i.
Tingkah Laku Legal dan Etis
Di beberapa
negara, perusahaan sering memberi bayaran ekstra kepada pejabat pemerintah
untuk mendapat kontrak pemerintah. Hal itu sudah menjadi kebiasaan yang rutin
dan tidak dianggap ilegal. Namun, di Amerika Serikat hal ini dianggap sebagai
suap, ilegal, dan tidak etis. Perusahaan yang berdiri di Amerika Serikat
dilarang membayar ekstra kepada pegawai negeri di mana pun.
j.
Budaya Perusahaan
Budaya
perusahaan adalah cara perusahaan melakukan sesuatu. Budaya membentuk perasaan
orang mengenai perusahaan dan pekerjaan yang dilakukan, cara
menginterpretasikan dan mengartikan tindakan yang dilakukan orang lain, harapan
yang menyangkut perubahan dalam bisnis, dan bagaimana cara pandang terhadap
perubahan tersebut. Lebih dari separuh kemitraan gagal karena adanya benturan
budaya perusahaan.
2.
Menghadapi Hambatan Bahasa
Bahasa tidak diterjemahkan dari satu bahasa ke bahasa
lain atas dasar kata-kata. Bahasa bersifat idiomatik, yang artinya disusun
dengan ungkapan dan pengelompokkan kata yang dapat bertentangan dengan pola
umum dari kerangka bahasa itu dan dapat memiliki arti yang jauh berbeda dari
komponen individual apabila diterjemahkan secara harfiah (Dewi, 2006 dalam Boove dan Thill
2003:76). Misalnya, slogan pepsi yang berbunyi “come alive with Pepsi” (hidup
ceria dengan pepsi) diterjemahkan oleh orang Jerman dengan “come out of the
grave” (keluar dari kuburan) dan oleh orang Thailand sebagai “bring your
ancestor back from the dead” (membangkitkan kembali nenek moyang).
Jika seseorang dari Inggris berbicara dengan rekan
bisnisnya dari Indonesia dengan Bahasa Inggris, mungkin akan terjadi kesulitan
karena perbedaan pengucapan dan aksen. Sekelompok karyawan Toyota Jepang yang
dipindahkan ke AS mengikuti kelas khusus untuk belajar mengatakan “jet yet?”
yang berarti “did you eat yet?” dan “cannahepya” yang
berarti ”can i help you?”. Perbedaan dalam lafal, perubahan vokal,
dan kosakata dapat menimbulkan masalah dalam komunikasi lintas budaya.
Apabila berhubungan dengan orang yang sama sekali tidak
mengerti bahasa kita, ada tiga pilihan yang dapat dilakukan, yaitu mempelajari
bahasa orang itu, menggunakan perantara atau penerjemah, atau mengajarkan
mereka bahasa kita. Jika memiliki hubungan bisnis jangka panjang dengan orang
dari budaya lain, mempelajari bahasa dan budaya mereka akan lebih bermanfaat.
D.
Komunikasi
dengan Orang Berbudaya Asing
1. Belajar tentang budaya
Ketika
merencanakan untuk melakukan bisnis dengan orang yang memiliki budaya yang
berbeda , seseorang akan dapat berkomunikasi secara efektif bila ia telah
mempelajari budaya nya. Disamping itu, ketika tinggal di Negara lain alangkah
baiknya orang tersebut juga sedikit banyak mengenal budaya adat istiadat yang
belaku di Negara tersebut. Bahasa asing tentunya tidak bisa dipelajari dalam
waktu singkat.
Berikut adalah contoh komunikasi lintas budaya ketika melakukan perjalana ke
suatu Negara:
a.
Di Spanyol orang berjabat tangan lama antara
lima sampai tujuh ayunan; melepas jabat tangan segera dapat diartikan sebagai
suatu bentuk penolakan. Di Pracis, orang berjabat tangan cukup dengan hanya
sekali ayunan.
b. Jangan memberi hadiah minuman
beralkohol di Negara-negara Arab.
c. Di Pakistan atau Negara yang
berpenduduk mayoritas Muslim, jangan heran kalau ditengah-tengah suatu
perttemuan bisnis mereka meminta ijin keluar untuk menunaikan ibadah sholat
karena setiap muslim wajib sholat 5 kali sehari.
d. Anda dianggap menghina tuan rumah
jika anda menolak tawaran makanan, minuman atau setiap bentuk kebaikan di
Negara Arab. Namun, anda juga jangan cepat-ceoat menerima segala bentuk tawaran
bentuk tersebut. Kalau mau nenolak suatu tawaran tolaklah dengan cara-cara yang
sopan.
e. Tekankan usia perusahaan anda ketika
berhubungan bisnis dengan Jerman, Belanda dan Swiss.
Untuk
memberikan gambaran yang lebih luas ketika seseorang melakukan perjalanan
bisnis di Negara lain, berikut ini kami sajikan sejumlah tips berguna.
Adat istiadat Masyarakat
|
·
Bagaimana
Reaksi terhadap orang asing? Bersahabat atau mewaspadai?
·
Apa
kata-kata atau gerak isyarat (gesture) untuk menyambut seseorang?
·
Bagaimana
caranya ketika seseorang yang akan masuk atau keluar rumah? Membungkuk,
mengangguk atau berjabat tangan?
|
Konsep Waktu
|
·
Bagaimana
mengekspresikan waktu?
·
Bagaimana
jam kerja yang dapat diterima secara umum?
·
Bagaimana
pelaku bisnis memandang janji yang terjadwal?
|
Pakaian dan Makanan
|
·
Apakah
suatu kegiatan memerlukan pakaian khusus? Apakah warna pakaiannya/
·
Apakah
pakaian tertentu tabu bagi seseorang pria atau wanita?
·
Jenis
makanan dan minuman apa yang cocok untuk suatu pertemuan bisnis?
|
Politik
|
·
Bagaimana
stabilitas politik? Bagaimana pengaruhnya terhadap dunia bisnis?
·
Bagaimana
kekuatan politik dimanifestasikan? Kekuatan militer? Kekuatan ekonomi?
·
Dalam
suasana bisnis, apakah layak berbicara soal politik?
|
Perbedaan satuan kerja
|
·
Apakah
masyarakat homogen?
·
Apakah
ada kelompok minoritas?
·
Apa
bahasa yang digunakan?
|
Agama dan Kepercayaan
|
·
Bagaiman
keyakinan agamanya mampu mempengaruhi kegiatan sehari_hari?
·
Apakah
ada toleransi dengan kelompok minoritas?
·
Apakah
ada larangan agama untuk makan atau minum sesuatu pada waktu tertentu?
|
Lembaga Ekonomi dan Bisnis
|
·
Apa
sumberdaya dan produk utama?
·
Apakah
layak berbisnis lewat telephone atau faxi mail?
·
Bagaimana
tingkat senioritas dalam organisasi bisnis?
|
Etika, Nilai, Dan Hukum
|
·
Apakah
pemberian hadiah itu etis dan legal?
·
Etika
bisnis seperti yang dapat empengaruhi transaksi bisnis?
·
Masalah
hukum seperti apa yang dapat mempengaruhi transaksi bisnis?
|
2. Mengembangkan Keterampilan
Komunikasi Lintas Budaya
Mempelajari
apa yang dilakukan oleh seseorang tentang budaya tertentu sebenarnya merupakan
suatu cara yang baik untuk menemukan bagaimana mengirim dan menerima pesan
lintas buadaya secara efektif. Namun, perlu diingat dua hal penting, yaitu
pertama, jangan terlalu yakin bahwa seseorang akan dapat memahami budaya orang
lain secara utuh atau sempurna. Kedua, jangan mudah terbawa pada pola
generalisasi terhadap perilaku seseorang dari budaya yang berbeda.
Berikut
ini adalah beberapa petunjuk atau tips yang diperlukan seseorang ketika
berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda.
a) Asumsikan berbeda sehingga suatu
persamaan telah terbukti.
b) Berani mengambil tanggung jawab saat
berkomunikasi.
c) Tidak memberi pendapat.
d) Tunjukkan suatu penghargaan.
e) Empati
f) Menanam sikap ambiguitas atau
mendua.
g) Jangan melihat sesuatu yang
supervisial.
h) Sabar dan tekun.
i)
Mengenal
bias budaya anda sendiri.
j)
Fleksibel/lues.
k) Tekankan hal-hal yang biasa.
l)
Mengirim
pesan yang jelas.
m) Tingkatkan kepekaan budaya Anda.
n) Bersifat individual.
o) Belajar secara langsung.
p) Memperlakukan tafsiran anda sebagai
hipotesis kerja.
E.
Hambatan
Komunikasi Lintas Budaya
Hambatan komunikasi atau yang juga
dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi
penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Contoh dari hambatan
komunikasi antabudaya adalah kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat
anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di
Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti
bahwa orang tersebut mendengarkan. Dengan memahami mengenai komunikasi antar
budaya maka hambatan komunikasi (communication barrier) semacam ini dapat kita
lalui.
1.
Jenis-Jenis
Hambatan Komunikasi Lintas Budaya
Terdapat 9
(sembilan) jenis hambatan komunikasi antar budaya. Hambatan komunikasi semacam
ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang
berbentuk fisik.
Hambatan-hambatan tersebut adalah:
ü Fisik (Physical)
Hambatan komunikasi semacam ini
berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik.
ü Budaya (Cultural)
Hambatan ini berasal dari etnik yang
berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu
dengan yang lainnya.
ü Persepsi (Perceptual)
Jenis hambatan ini muncul
dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu
hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran
yang berbeda-beda.
ü Motivasi (Motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan
dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang
menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut
sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan
komunikasi.
ü Pengalaman (Experiantial)
Experiental adalah jenis hambatan
yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama
sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda
dalam melihat sesuatu.
ü Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau
perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka
hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.
ü Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini
terjadi apabila pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang
berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.
ü Nonverbal
Hambatan nonverbal adalah hambatan
komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan
komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah
marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin
saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan
pesan kepada penerima pesan.
ü Kompetisi (Competition)
Hambatan semacam ini muncul apabila
penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya
adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan 2 (dua)
kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang
disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.
2. Cara Menghadapi Hambatan Komunikasi
Lintas Budaya
Seseorang
dapat dikatakan sukses sebagai manager bisnis internasional budaya, apabila ia
mempunyai kemampuan untuk merefleksikan seberapa besar kesungguhannya dalam
aspek di bawah ini :
1) Social
Competence :
Kemampuan untuk membuat jaringan sosial, pandai bergaul dan banyak temannya
2) Openness
to other ways of thinking :
keterbukaan untuk menerima pikiran yang berbeda dari dirinya
3) Cultural
Adaptation :
Kemampuan seseorang menerima budaya baru
4) Professional
Excellence :
Mempunyai kemampuan yang handal dalam bidang tertentu
5) Language
Skill :
Kemampuan mempelajari bahasa asing dengan tepat
6) Flexibility : Kemampuan dalam penyesuaian diri
sesuai dengan tuntutan keadaan
7) Ability
to work in team :
kemampuan dalam mengelola dan bekerjasama dalam satu tim
8) Self
Reliance or independence :
percaya diri dan mandiri
9) Mobility : Lincah dan wawasannya luas
10) Ability
to deal with stress :
mempunyai kemampuan untuk mengatasi stress
11) Adaptability
of the family :
keluarganya pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
12) Patience : Ulet dan sabar
13) Sensivity : Peka terhadap sesuatu yang baru
F. Menghadapi
Reaksi Etnosentris
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menilai semua kelompok lain menurut standar,
tingkah laku, dan tradisi kelomppok sendiri serta memandang kelompok lain lebih
rendah (Dewi, 2006 dalam Boove dan Thill
2003:78)
. Untuk
menghindari reaksi etnosentris, dapat dipergunakan beberapa cara berikut (Dewi, 2006 dalam Haryani,
2001:69) :
1.
Menerapkan asas kesamaan
Tidak ada
budaya inferior dan tidak ada budaya superior. Selain itu, tidak ada budaya
yang salah dan tidak ada budaya yang paling benar. Pelaku komunikasi harus
menghargai budaya dari pihak lain dan menerapkan budaya sendiri untuk kelompok
sendiri.
2.
Menerapkan kaidah emas
Kaidah emas
adalah memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Cara itu
relatif mudah dilakukan karena tidak perlu dilakukan pemahaman terhdap
nilai-nilai yang dianut orang lain.
3.
Menerapkan kaidah timah
Kaidah timah
adalah memperlakukan orang lain sebagaimana mereka memperlakukan diri mereka
sendiri. Caara itu relatif lebih sulit dari kaidah emas karena harus memahami
nilai-nilai yang dianut oleh orang lain.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi
lintas budaya merupakan
bentuk komunikasi yang bertujuan untuk saling berbagi informasi di berbagai
budaya dan kelompok sosial. Pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya yaitu, dengan semakin terbukanya peluang
perusaahaan multinasional masuk ke wilayah suatu Negara dan didorong dengan semakin
pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, maka pada saat itulah
kebutuhan akan komunikasi bisnis lintas budaya menjadi semakin penting artinya.
Budaya adalah
simbol, keyakinan, sikap, nilai, harapan, dan norma tingkah laku yang dimiliki
bersama (Dewi, 2006 dalam Boove dan Thill
2003,68).
Beberapa budaya terdiri atas beberapa kelompok budaya
yang beragam
dan berbeda. Kelompok budaya utama terdiri atas beberapa kelompok budaya yang
cenderung homogen. Kelompok budaya yang cenderung homogen dalam yang ada dalam
suatu budaya disebut subbudaya.
Perbedaan budaya muncul dalam nilai-nilai sosial, gagasan
mengenai status, kebiasaan membuat keputusan, sikap terhadap waktu, penggunaan
ruang, konteks budaya, bahasa tubuh, sopan santun, dan tingkah laku etis.
Ketika
merencanakan untuk melakukan bisnis dengan orang yang memiliki budaya yang
berbeda , seseorang akan dapat berkomunikasi secara efektif bila ia telah
mempelajari budaya nya. Disamping itu, ketika tinggal di Negara lain alangkah
baiknya orang tersebut juga sedikit banyak mengenal budaya adat istiadat yang
belaku di Negara tersebut.
Terdapat
9 (sembilan) jenis hambatan komunikasi antar budaya.
Hambatan-hambatan
tersebut adalah: Fisik (Physical), Budaya
(Cultural), Persepsi (Perceptual), Motivasi (Motivational), Pengalaman (Experiantial), Emosi (Emotional), Bahasa (Linguistic), Nonverbal, Kompetisi (Competition).
Cara Menghadapi Hambatan Komunikasi Lintas Budaya
:
-
Social
Competence
-
Openness
to other ways of thinking
-
Cultural
Adaptation
-
Professional
Excellence
-
Language
Skill
-
Flexibility
-
Ability
to work in team
-
Self
Reliance or independence
-
Mobility
-
Ability
to deal with stress
-
Adaptability
of the family
-
Patience
-
Sensivity
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menilai semua kelompok lain menurut standar,
tingkah laku, dan tradisi kelomppok sendiri serta memandang kelompok lain lebih
rendah (Dewi,
2006 dalam Boove dan Thill
2003:78) . Untuk menghindari reaksi etnosentris, dapat dipergunakan cara menerapkan asas kesamaan, menerapkan kaidah emas, dan menerapkan kaidah timah.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sutrisna. 2006. Komunikasi
Bisnis. Edisi Pertama. Penerbit: Andi. Yogyakarta
Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi
Bisnis. Edisi Ketiga. Penerbit: Erlangga. Jakarta
Xerxen,
Max. 2014. Komunikasi Lintas Budaya. Diakses 17 Maret 2017
Setiawan, Hendra. 2014. Komunikasi Lintas Budaya. Diakses 17 Maret 2017
Yudi Marpaung, Indra. 2016. Komunikasi Bisnis Lintas Budaya. Diakses 17 Maret 2017
http://deafebb.blogspot.co.id/2015/04/makalah-komunikasi-lintas-budaya.html
http://deafebb.blogspot.co.id/2015/04/makalah-komunikasi-lintas-budaya.html
Wikipedia. 2017. Komunikasi lintas budaya. Diakses 17 Maret 2017
Ahmad, Farid. _. Makalah Komunikasi Lintas Budaya. Diakses 17 Maret 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar