BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah satu persoalan penting dalam pengelolaan sumber daya
manusia (dalam tulisan ini disebut juga dengan istilah pegawai) dalam
organisasi adalah evaluasi kinerja pegawai dan pemberian kompensasi. Ketidak
tepatan dalam melakukan evaluasi kinerja akan berdampak pada pemberian
kompensasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku dan sikap karyawan,
karyawan akan merasa tidak puas dengan kompensasi yang didapat sehingga akan
berdampak terbalik pada kinerja pegawai yang menurun dan bahkan karyawan akan mencoba
mencari pekerjaan lain yang memberi kompensasi baik.
Hal
ini cukup berbahaya bagi perusahaan apabila pesaing merekrut atau membajak
karyawan yang merasa tidak puas tersebut karena dapat membocorkan rahasia
perusahaan atau organisasi.
Kompensasi dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk melamar
sebuah pekerjaan, tetap bersama perusahaan, atau bekerja lebih produktif. Jika
dikelola secara pantas, gaji dapat menyebabkan karyawan mengurangi upaya mereka
untuk mencari pekerjaan alternatif. kompensasi mempengaruhi sikap dan perilaku
kerja karyawan ini adalah alasan yang mendorong untuk memastikan bahwa sistem
gaji dirancang dan dilaksanakan secara wajar dan adil. Evaluasi kinerja pada
dasarnya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kadar profesionalisme karyawan
serta seberapa tepat pegawai telah menjalankan fungsinya. Penilaian kinerja
dimaksudkan untuk menilai dan mencari jenis perlakuan yang tepat sehingga
karyawan dapat berkembang lebih cepat sesuai dengan harapan. Ketepatan pegawai
dalam menjalankan fungsinya akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian kinerja
organisasi secara keseluruhan.
Tidak sedikit di perusahaan-perusahaan swasta maupun negeri
yang melakukan evaluasi kinerja pegawai tidak tepat, tidak sesuai dengan
situasi dan kondisi yang ada, pada akhirnya akan berdampak pada pemberian
kompensasi. Oleh karena itu, banyak para karyawan yang kinerjanya menurun dan
pada akhirnya harus mengundurkan diri karena kompensasi yang tidak sesuai. Dengan adanya
kasus seperti inilah bagi instansi pemerintahan, maupun perusahaan swasta,
evaluasi kinerja sangat berguna untuk menilai kuantitas, kualitas, efisiensi
perubahan, motivasi para aparatur serta melakukan pengawasan dan perbaikan.
Kinerja aparatur yang optimal sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
produktivitas dan menjaga kelangsungan hidup instansi ini. Setiap instansi
tidak akan pernah luput dari hal pemberian balas jasa atau kompensasi yang
merupakan salah satu masalah penting dalam menciptakan motivasi kerja aparatur,
karena untuk meningkatkan kinerja aparatur dibutuhkan pemenuhan kompensasi
untuk mendukung motivasi para aparatur. Dengan terbentuknya motivasi yang kuat,
maka akan dapat membuahkan hasil atau kinerja yang baik sekaligus berkualitas
dari pekerjaan yang dilaksanakannya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah
Manfaat evaluasi kinerja?
2. Apa
saja Hambatan dalam evaluasi kinerja?
3. Apa
saja Teknik-teknik penilaian prestasi/kinerja?
4. Bagaimana
Evaluasi penilaian kinerja?
5. Bagaimana
Audit Manajemen Sumber Daya Manusia?
6. Bagaimana
Pendekatan & Laporan audit Manajemen Sumber Daya Manusia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
memahami manfaat evaluasi kinerja
2. Untuk
memahami hambatan dalam evaluasi kinerja
3. Untuk
memahami teknik-teknik penilaian prestasi/kinerja
4. Untuk
memahami evaluasi penilaian kinerja
5. Untuk
memahami audit manajemen sumber daya manusia
6. Untuk
memahami pendekatan & laporan audit manajemen sumber daya manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MANFAAT
EVALUASI KINERJA
Penilaian
prestasi adalah proses di mana organisasi menilai atau mengevaluasi prestasi
kerja karyawan. Aktivitas ini dapat memberikan umpan balik dan koreksi terhadap
pengambilan keputusan organisasi tentang pelaksanaan kerja mereka. Adapun
manfaat evaluasi prestasi/kinerja adalah sebagai berikut :
§ Meningkatkan
prestasi karyawan
Dari
hasil kerja atau pekerjaan karyawan, dapat di ketahui masalah dan produktivitas
mereka dalam bekerja. Dengan demikian, karyawan dapat memperbaiki atau
meningkatkan prestasi setelah mengetahui hasil atau umpan balik dari adanya
evaluasi tersebut.
§ Standar
kompetensi yang layak
Dari
hasil evaluasi prestasi , manajer dapat mengetahui berapa upah atau kompensasi
yang layak yang harus diberikan pada karyawan. Hal ini penting karena evaluasi
prestasi dapat membantu dalam pengambilan keputusan manajer, apakah pemberian
upah, bonus, insentif, dan bentuk kompensasi lain sudah layak dan adil bagi
karyawan.
§ Penempatan
karyawan
Pada
periode tertentu, karyawan akan mengalami
promosi, mutasi, transfer, dan demosi. Oleh karena itu, sebelum
keputusan ini diambil, manajer dapat melihat hasil prestasi karyawan dalam
sebuah evaluasi yang sudah dillakukan sehingga dapat meminimalisasi risiko
kesalahan dalam penempatan karyawan.
§ Pelatihan
dan Pengembangan
Hasil
evaluasi dapat diketahui oleh manajer, di mana manajer melihat apakah program
pelatihan dan pengembangan diperlukan atau tidak. Apabila hasil evaluasi
menunjukkan banyak kekurangan atau hasil
yang negatif maka sudah saatnya diperlukan program pelatihan dan pengembangan,
baik untuk karyawan baru maupun karyawan senior. Namun, hasil yang baik atau
positif hendaknya tidak membuat organisasi tidak berbesar hati dulu,karena
pelatihan dan pengembangan selalu dibutuhkan untuk penyegaran bagi karyawan.
§ Jenjang
Karier
Dari
hasil evaluasi prestasi , manajer dapat menyusun jalur karier karyawan sesuai
dengan prestasi yang telah ditunjukkan karyawan.
§ Penataan
Staf
Hasil prestasi yang baik atau buruk, mencerminkan bagaimana manajemen mengatur pembagian sumber daya manusia di dalam organisasi.
Hasil prestasi yang baik atau buruk, mencerminkan bagaimana manajemen mengatur pembagian sumber daya manusia di dalam organisasi.
§ Minimnya
data informasi
Informasi
yang akurat sangat dibutuhkan organisasi untuk mengambil keputusan guna
menempatkan karyawan, promosi, mutasi, transfer, mutasi, demosi, kebutuhan
program pelatihan dan pengembangan, jenjang karier karyawan, dan
komponen-komponen lain dalam sistem informasi manajemen sumber daya manusia.
Informasi ini begitu pentingnya sehingga mampu mengurangi kesalahan pengambilan
keputusan yang tidak tepat.
§ Kesalahan
desain pekerjaan
Adanya
indikasi hasil evaluasi prestasi yang buruk merupakan tanda adanya kesalahan dalam deskripsi desasi pekerjaan yang tidak
atau kurang cocok pada karyawan. Untuk itu manajer perlu memikirkan bagaimana
mengatasi permasalahan tersebut.
§ Peluang
kerja yang adil
Peluang
kerja yang sama dan adil bagi karyawan bisa didapat apabila manajer melihat
hasil evaluasi dan mempertimbangkan kesempatan pekerjaan yang layak dan
menantang bagi karyawan yang menunjukkan prestasi bagus.
§ Tantangan
eksternal
Penilaian
prestasi juga tergantung dari factor lain, seperti kepentingan pribadi, kondisi
finansial, kondisi kerja, keluarga, kesehatan karyawan, dan sebagainya.
B.
HAMBATAN
DALAM EVALUASI KINERJA
Evaluasi
yang dilakukan dengan adil diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
karyawan. Karyawan yang tidak berprestasi baik akan memperoleh umpan balik dan
diharapkan akan meningkatkan prestasinya. Namun, kadang cara evaluasi tidak
memperbaiki kondisi. Karyawan yang mendapat teguran atau punya penilaian tidak
baik di mata pimpinan akan merasa tersinggung atau putus asa. Hal ini akan
semakin memperburuk prestasinya. Dengan demikian, manajer harus hati-hati dalam
menjelaskan evaluasinya terhadap karyawan. Evaluasi diharapkan menjadi proses
kontinu yang merupakan bagian integral dari proses interaksi antara manajer
dengan karyawan.
Berikut beberapa factor yang mungkin dapat
menjadi hambatan dalam penilaian evaluasi prestasi yang adil:
o
Perubahan standar
Standar
yang tidak konsisten dan berubah-ubah akan memengaruhi pengukuran prestasi
karyawan. Sebagai contoh, manajer mungkin cenderung memberikan penilaian yang
baik terhadap karyawan yang kelihatannya penurut dibandingkan karyawan yang
suka membantah, meskipun karyawan tersebut mempunyai prestasi yang bagus.
o
Hallo effect
Hallo
effect terjadi apabila penilaian manajer terhadap prestasi karyawan secara
keseluruhan hanya bergantung pada satu atau beberapa aspek saja. Efek tersebut
merupakan efek berantai. Biasanya hal ini terjadi karena pimpinan melibatkan
emosi dalam sebuah penilaian, menilai terlalu lunak atau keras, melibatkan
prasangka pribadi, serta menilai berdasarkan data atau fakta dari waktu yang
paling akhir saja.
o
Perbedaan sifat manajer
Manajer
mempunyai sifat dan karakter yang berbeda. Penilaian karyawan bisa menjadi
berbeda karena sifat manajer. Oleh karena itu, disarankan untuk membuat
standar/pedoman penilaian untuk dijadikan patokan penilaian agar penilaian
secara adil dapat diwujudkan dan karyawan terhindar dari bias yang disebabkan
karakter manajer.
o
Perbedaan stereotype tertentu
Manajer
dapat menjadi bias karena factor etnis, jenis kelamin, atau golongan tertentu.
Untuk menghindar hal itu, manajer harus berpegang pada pedoman/standar tertulis
dan hasil penilaian prestasi pun harus dilakukan secara tertulis sehingga dapat
dipertanggung jawabkan.
C.
TEKNIK-TEKNIK
PENILAIAN KINERJA
Sebagian
besar metode evaluasi prestasi bertujuan meminimalkan risiko dan permasalahan
yang terjadi pada organisasi, khususnya pengaturan sumber daya manusia.
Beberapa metode yang dapat dipertimbangkan organisasi untuk melakukan evaluasi
prestasi bagi karyawannya adalah sebagai berikut:
ü Rating
Scale
Penilaian
prestasi metode ini didasarkan pada suatu skala dari sangat baik, baik, cukup,
kurang baik, dan jelek. Bentuk ini sangat umum dipakai oleh organisasi dan
dilakukan secara subyektif oleh penilai. Evaluasi ini membandingkan hasil
pekerjaan karyawan dengan factor kriteria yang dianggap penting bagi
pelaksanaan kerja tersebut.
ü Checklist
Checklist
adalah penilaian yang didasarkan pada suatu standar unjuk kerja yang sudah
dideskripsikan terlebih dahulu, kemudian penilai memeriksa apakah karyawan
sudah mengerjakannya. Standar-standar unjuk kerja, misalnya pegawai hadir dan
pulang tepat waktu, pegawai bersedia bilamana diminta untuk lembur, pegawai
patuh pada atasan, dan lain-lain. Penilai di sini adalah atasan langsung atau
penyelia. Hampir sama dengan metode rating scale, setiap standar penilaian
dapat diberikan bobot sesuai dengan tingkat kepentingan standar tersebut.
Penilaian umumnya dilakukan secara subyektif.
ü Critical
Incident Technique
Critical
incident technique adalah penilaian yang didasarkan pada perilaku khusus yang
dilakukan di tempat kerja, baik perilaku yang baik maupun perilaku yang tidak
baik. Penilaian dilakukan melalui observasilangsung ke tempat kerja, kemudian
mencatat tanggal dan waktu terjadinya perilaku tersebut.
ü Skala
Penilaian Berjangkarkan Perilaku
Skala
penilaian berjangkarkan perilaku (behaviorally anchored rating scale-BARS)
adalah penilaian yang dilakukan dengan membuat spesifikasi unjuk kerja dalam
elemen-elemen tertentu, misalnya dosen di perguruan tinggi elemen-elemen unjuk
kerjanya adalah memberikan pengajaran, melakukan penelitian, memberikan
bimbingan pada mahasiswa, dan membuat soal. Selanjutnya, masing-masing elemen
diidentifikasi berdasarkan perilaku tertentu, baik perilaku yang sangat
diharapkan atau perilaku baik maupun perilaku yang tidak diharapkan atau
perilaku tidak baik. Contohnya dalam elemen memberikan pengajaran, pengajar
menghubungkan materi pertemuan sebelumnya dengan yang akan diberikan sebelum
memberikan kuliah, memberikan kuliah dengan bahasa yang mudah dimengerti,
memberikan banyak ilustrasi, memberikan tugas yang menantang, membicarakan
topic yang tidak relevan, kemudian mengurutkan dan memberi nilai pada
jenis-jenis perilaku tersebut sesuai dengan kepentingannya secara subyektif.
ü Pengamatan
dan Tes Unjuk Kerja
Pengamatan
dan tes unjuk kerja adalah penilaian yang dilakukan melalui tes di lapangan. Misalnya
seorang pilot setiap enam bulan sekali menjalani tes yang meliputi pengujian
pengetahuan mengenai prosedur pelaksanaan pekerjaan dalam menerbangkan pesawat,
yang dilakukan secara langsung dengan menerbangkan pesawat dalam simulator, dan
tes kesehatan.
ü Metode
Perbandingan Kelompok
Metode
ini dilakukan dengan membandingkan seorang pegawai dengan rekan sekerjanya,
yang dilakukan oleh atasan dengan beberapa teknik seperti pemeringkatan
(ranking method), mengelompokan pada klasifikasi yang sudah ditentukan (force
distribution), pemberian poin atau angka (point allocation method), dan metode
perbandingan dengan karyawan lain (paired comparison).
a. Metode
pemberian poin, yaitu semua pegawai yang dinilai diberi poin atau nilai yang
diurutkan dari yang terbesar hingga yang terkecil, misalnya dari skala 0 sampai
seratus 100.
b. Metode
perbandingan dengan pegawai lain, yaitu setiap pegawai dibandingkan dengan
pegawai lain untuk menentukan siapa yang terbaik, kemudian pegawai yang terbaik
adalah pegawai yang memiliki jumlah terbaik dibandingkan dengan yang lain.
ü Penilaian
Diri Sendiri
Penilaian
diri sendiri adalah penilaian karyawan untuk dirinya sendiri dengan harapan
pegawai tersebut dapat mengidentifikasi aspek-aspek perilaku kerja yang perlu
diperbaiki pada masa yang akan datang. Pelaksanaannya, organisasi atau atasan
penilai mengemukakan harapan-harapan yang diinginkann dari karyawan, tujuan
organisasi, dan hambatan yang dihadapi organisasi. Kemudian berdasarkan
informasi tersebut, pegawai dapat mengidentifikasi aspek-aspek perilaku yang
perlu diperbaiki. Salah satu kebaikan dari metode ini adalah dapat mencegah
terjadinya perilaku membenarkan diri (defensive behavior). Metode ini disebut
pendekatan masa depan sebab karyawan akan memperbaiki diri dalam rangka
melakukan tugas-tugas untuk masa yang akan datang dengan lebih baik.
D.
EVALUASI
PENILAIAN
Evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian
dan pelaksanaan tugas seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja
dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan
yang ditetapkan lebih dahulu. Evaluasi kinerja merupakan cara yang paling adil
dalam memberikan imbalan atau penghargaan kepada pekerja.
Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk menjamin pencapaian
sasaran dan tujuan perusahaan dan juga untuk mengetahui posisi perusahaan dan
tingkat pencapaian sasaran perusahaan, terutama untuk mengetahui bila terjadi
keterlambatan atau penyimpangan supaya segera diperbaiki, sehingga sasaran atau
tujuan tercapai. Hasil evaluasi kinerja individu dapat dimanfaatkan untuk
banyak penggunaan.
· Peningkatan kinerja
· Pengembangan SDM
· Pemberian kompensasi
· Program peningkatan produktivitas
· Program kepegawaian
· Menghindari perlakuan diskriminasi
§ Tujuan Penilaian kinerja
Ada pendekatan ganda terhadap tujuan
penilaian prestasi kerja sebagai berikut:
1. Tujuan Evaluasi
Hasil-hasil penilaian prestasi kerja
digunakan sebagai dasar bagi evaluasi reguler terhadap prestasi anggota-anggota
organisasi, yang meliputi:
a. Telaah Gaji. Keputusan-keputusan
kompensasi yang mencakup kenaikan merit-pay, bonus dan kenaikan gaji lainnya merupakan
salah satu tujuan utama penilaian prestasi kerja.
b. Kesempatan Promosi.
Keputusan-keputusan penyusunan pegawai (staffing) yang berkenaan dengan
promosi, demosi, transfer dan pemberhentian karyawan merupakan tujuan kedua
dari penilaian prestasi kerja.
2. Tujuan Pengembangan
Informasi yang dihasilkan oleh
sistem penilaian prestasi kerja dapat digunakan untuk mengembangkan pribadi
anggota-anggota organisasi, yang meliputi:
a. Mengukuhkan
Dan Menopang Prestasi Kerja. Umpan balik prestasi kerja (performance
feedback) merupakan kebutuhan pengembangan yang utama karena hampir semua
karyawan ingin mengetahui hasil penilaian yang dilakukan.
b. Meningkatkan
Prestasi Kerja. Tujuan penilaian prestasi kerja juga untuk memberikan pedoman
kepada karyawan bagi peningkatan prestasi kerja di masa yang akan datang.
c. Menentukan
Tujuan-Tujuan Progresi Karir. Penilaian prestasi kerja juga akan memberikan
informasi kepada karyawan yang dapat digunakan sebagai dasar pembahasan tujuan
dan rencana karir jangka panjang.
d. Menentukan
Kebutuhan-Kebutuhan Pelatihan. Penilaian prestasi kerja individu dapat
memaparkan kumpulan data untuk digunakan sebagai sumber analisis dan
identifikasi kebutuhan pelatihan.
§ Faktor-Faktor
Penilaian kinerja
Tiga dimensi
kinerja yang perlu dimasukkan dalam penilaian prestasi kerja, yaitu:
1. Tingkat
kedisiplinan karyawan sebagai suatu bentuk pemenuhan kebutuhan organisasi untuk
menahan orang-orang di dalam organisasi, yang dijabarkan dalam penilaian
terhadap ketidakhadiran, keterlambatan, dan lama waktu kerja.
2. Tingkat
kemampuan karyawan sebagai suatu bentuk pemenuhan Kebutuhan organisasi untuk
memperoleh hasil penyelesaian tugas yang terandalkan, baik dari sisi kuantitas
maupun kualitas kinerja yang harus dicapai oleh seorang karyawan.
3. Perilaku-perilaku
inovatif dan spontan di luar persyaratan-persyaratan tugas formal untuk
meningkatkan efektivitas organisasi, antara lain dalam bentuk kerja sama,
tindakan protektif, gagasan-gagasan yang konstruktif dan kreatif, pelatihan
diri, serta sikap-sikap lain yang menguntungkan organisasi.
E. AUDIT MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Audit SDM merupakan penilaian dan analisis yang komprehensif
terhadap program-program SDM. Walaupun secara khusus audit ini dilakukan pada
departemen SDM, tetapi tidak terbatas hanya pada aktivitas yang terjadi pada
departemen ini. Audit termasuk studi terhadap fungsi manajemen SDM pada
organisasi secara keseluruhan termasuk yang dilaksanakan oleh manajer dan para
supervisor. Audit SDM menekankan penilaian (evaluasi) terhadap berbagai
aktivitas SDM yang terjadi pada perusahaan dalam rangka memastikan apakah
aktivitas tersebut telah berjalan secara ekonomis, efisien dan efektif dalam
mencapai tujuannya dan memberikan rekomendasi perbaikan atas berbagai
kekurangan yang masih terjadi pada aktivitas SDM yang diaudit untuk
meningkatkan kinerja dari program/aktivitas tersebut. Audit bisa dilakukan
terhadap satu divisi atau departemen, atau mungkin juga dilakukan terhadap
keseluruhan organisasi. Dari hasil audit akan diketahui apakah kebutuhan
potensial SDM perusahaan telah terpenuhi atau tidak dan berbagai hal aktivitas
SDM yang masih bisa ditingkatkan kinerjanya.
Audit
SDM membantu perusahaan meningkatkan kinerja atas pengelolaan SDM dengan cara:
Menyediakan
umpan balik nilai kontribusi fungsi SDM terhadap strategi bisnis dan tujuan
perusahaan.
Menilai
kualitas praktik, kebijakan dan pengelolaan SDM.
Melaporkan
keberadaan SDM saat ini dan langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan.
Menilai
biaya dan manfaat praktik-praktik SDM.
Menilai
hubungan SDM dengan menajemen lini dan cara-cara meningkatkannya.
Merancang
panduan untuk menentukan standar kinerja SDM.
Mengidentifikasi
area yang perlu diubah dan ditingkatkan dengan rekomendasi khusus.
§ Tujuan Audit SDM
Ada beberapa hal yang ingin dicapai melalui audit SDM yang merupakan tujuan dari dilakukannya audit tersebut, antara lain:
Ada beberapa hal yang ingin dicapai melalui audit SDM yang merupakan tujuan dari dilakukannya audit tersebut, antara lain:
- Menilai efektivitas dari fungsi SDM.
- Menilai apakah program/aktivitas SDM telah berjalan secara ekonomis, efektif, dan efisien.
- Memastikan ketaatan berbagai program/aktivitas SDM terhadap ketentuan hukum, peraturan dan kebijakan yang berlaku di perusahaan.
- Mengidentifikasi berbagai hal yang masih dapat ditingkatkan terhadap aktivitas SDM dalam menunjang kontribusinya terhadap perusahaan.
- Merumuskan beberapa langkah perbaikan yang tepat untuk meningkatkan ekonomisasi, efisien dan efektivitas berbagai program/aktivitas SDM.
§ Manfaat Audit SDM
Wiliam B Wertther, Jr. dan Keith Davis menyebutkan beberapa manfaat dari audit SDM antara lain:
Wiliam B Wertther, Jr. dan Keith Davis menyebutkan beberapa manfaat dari audit SDM antara lain:
- Mengidentifikasi kontribusi dari Departemen SDM terhadap organisasi.
- Meningkatkan citra profesional Departemen SDM.
- Mendorong tanggung jawab dan profesionalisme yang lebih tinggi karyawan Departemen SDM.
- Memperjelas tugas-tugas dan tanggung jawab Departemen SDM.
- Mendorong terjadinya keragaman kebijakan dan praktik-praktik SDM.
- Menemukan masalah-masalah kritis dalam bidang SDM.
- Memastikan ketaatan terhadap hukum dan peraturan, dalam praktik SDM.
- Menurunkan biaya SDM melalui prosedur SDM yang lebih efektif.
- Meningkatkan keinginan untuk berubah dalam Departemen SDM.
- Memberikan evaluasi yang cermat terhadap sistem informasi SDM.
F. PENDEKATAN
& LAPORAN AUDIT MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
·
Pendekatan Audit SDM
v Menentukan Ketaatan Kepada Peraturan
Dan Hukum yang Berlaku
Audit menekankan penlaian bagaimana
perusahaan menetapkan berbagai aturan dan kebijakan yang secara internal
berlaku di perusahaan, apakah telah sesuai dengan aturan dan hokum yang
ditetapkan pemerintah sebagai pemegang otoritas? Dan apakah setiap komponen
dalan oraganisasi menjalankan aktivitasnya sesuai dengan aturan dan kebijakan
tersebut? Manajemen puncak hasus menyadari bahwa manajer di setiap tingkat
berkewajiban untuk mentaati peaturan dan ketentuan hukum yang berlaku.
v Mengukur Kesesuaian Program Dengan
Tujuan Organisasi
Keselarasan tujuan departemen SDM
mulai dari tujuan para karyawannya sampai tujuan berbagai program yang
itetapkan pada departemen ini, dengan tujuan perusahaan secara
keseluruhan harus menjadi pertimbangan utama dalam menyusun rencana di
departemen SDM. Adanya keselarasan tujuan akan menjadikan aktivitas organisasi
berjalan seirama dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Disamping
itu, hal ini juga dapat menghindari benturan antar bagian yang ada, yang dipicu
oleh kebutuhan jangka pendek masing-masing bagian berdasarkan ego sektoral
masing-masing.
v Mengukur Kinerja Program
Mengukur kinerja program berarti
menghubungkan aktivitas actual program SDM yang diaudit dengan ukuran-ukuran
keberhasilan yang telah ditetapkan sebakumnya. Disamping ukuran-ukuran
keberhasilan, penilaian kinerja program juga berhubungan denga strategi dan
rencana yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuannya, fungsi SDM menetapkan
berbagai program sebagai implementasi rencana yang telah ditetapkan. Apakah
program yang telah ditetapkan tersebut telah terlaksana secara ekonomis,
efisien dan efektif dalam mencapai tujuan? Audit SDM melakukan evaluasi secara
konfrehensif terhadap kinerja program yang dilaksanakan pada perusahaan.
Panilaian ditekankan pada ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas program dalam
mencapai tujuannya. Dari hasil audit akan diketahui apakah beberapa program
masih mungking untuk ditingkatkan kinerjanya atau memang program tersebut belum
berjalan secara maksimal.
·
Laporan Audit Sdm
Laporan audit merupakan deskripsi
komprehensif aktivitas-aktivitas sumber daya manusia yang meliputi
rekomendasi-rekomendasi untuk praktik-praktik yang efektif dan
rekomendasi-rekomendasi untuk memperbaiki praktik-praktik yang tidak efektif.
Ø Laporan untuk Manajer-manajer Lini
Laporan ini digunakan untuk manajer-manajer lini
meringkas tugas, tujuan, dan tanggung jawab sumber daya manusia. Laporan
manajer-manajer lini ini seperti: pewawancaraan pelamar, pelatihan karyawan,
pengevaluasian kinerja, pemotivasian para karyawan, dan pemuasan
kebutuhan-kebutuhan karyawan.
Ø Laporan untuk Spesialis Sumber Daya Manusia
Spesialis yang menangani kepegawaian, pelatihan,
kompensasi, dan aktivitas personalia lainnya yang memerlukan umpan balik.
Ø Laporan untuk Manajer Sumber Daya Manusia
Biasanya berisi semua informasi yang diberikan kepada
manajer lini dan spesialis di dalam departemen sumber daya manusia. Disamping
itu, manajer sumber daya manusia memperoleh umpan balik mengenai:
- Sikap manajer dan karyawan mengenai servis departemen sumber daya manusia
- Telaah tujuan departemen dan organisasi untuk mencapai tujuan
- Permasalahan sumber daya manusia dan implikasinya
- Rekomendasi untuk perubahan yang dinyatakan dalam prioritas yang dilihat oleh tim audit.
Dengan adanya informasi yang ada di dalam laporan audit, manajer
sumber daya manusia dapat mengambil pandangan luas mengenai fungsi sumber daya
manusia. Laporan
audit SDM terdiri dari beberapa bagian yang ditujukan untuk manajer lini,
manajer SDM, manajer yang formatnya terdiri atas :
o
Judul
o
Daftar
Isi
o
Ringkasan
dan kesimpulan
o
Masalah-masalah
pokok
o
Kesimpulan
dan saran
o
Tubuh
(data, fakta pandangan dan alasan )
o
Sumber
data
o
Lampiran
yang dianggap penting
Adapun bentuk laporan audit dapat dibagi menjadi 2 bagian
:
LAPORAN AUDIT
BENTUK TABEL
Berikut ini contoh Laporan Audit dalam bentuk tabel.
Divisi :
Personalia
Tanggal Audit :
Auditor
:
Uraian Temuan
|
Bukti-bukti
|
Referensi
|
Rekomendasi
|
LAPORAN AUDIT
BENTUK NARASI
Berikut ini contoh Laporan Audit dalam bentuk narasi.
KASUS
LAPORAN AUDIT BENTUK NARASI
Latar
Belakang
Pada
11 September 2001 yang lalu, Bali dikejutkan dengan adanya perbuatan anarki
segelintir orang yang mencoba mengacaukan Bali sebagai urat nadi wisata
Indonesia dengan Bom Bali-nya (Bali Blast).
Dari
hal tersebut sejumlah perusahaan yang bergerak langsung maupun tidak langsung
dalam industri pariwisata seperti: hotel, restaurant, tour and travel,
distributor makanan dan minuman, tidak terkecuali usaha kebandarudaraan yang
dikelola oleh PT (Persero) Angkasa Pura I Bandar Udara Ngurah Rai Tuban,
menjadi menurun tingkat aktivitasnya.
Peristiwa
ini juga berimbas besar dalam operasional PT Jasa Angkasa Semesta (JAS) yang
merupakan perusahaan Ground Handling yang telah dipercayai dan ditugasi oleh PT
(Persero) Angkasa Pura I Bandar Udara Ngurah Rai dalam hal pelayanan darat
pesawat yang berkaitan dengan penumpang dan bagasi.
Imbas
“Bali Blast” tersebut berdampak pada kinerja divisi Sumber Daya Manusia
dalam mengelola karyawannya, telah tercatat sejak tahun 2001 sampai pertengahan
tahun 2004 ini jumlah karyawan PT JAS sebanyak + 300 orang, dengan
semakin menurunnya pemasukan yang diterima perusahaan, maka hal ini berdampak
sangat serius bagi perkembangan dan kinerja karyawan sebagai faktor operasional
perusahaan, permasalahan mulai muncul setahap demi setahap mulai dari
perampingan tenaga kerja, penciutan waktu kerja, dan pengurangan upah/ gaji
yang telah diterima karyawan selama ini, berbagai cara dilakukan oleh Manajemen
SDM dalam menyikapi hal tersebut akan tetapi selalu saja tidak mendapatkan
solusi dan tindak lanjut akan keputusan yang didapat, untuk itu Manajemen SDM
perlu kiranya membentuk sebuah tim Audit yang terdiri dari Manajemen SDM dan
konsultan Audit yang berasal dari ekstern perusahaan.
Analisa
Kasus
Dalam
kaitan kasus ini, maka Manajemen SDM bersama tim Audit melakukan
langkah-langkah Audit untuk mengambil keputusan yang terbaik yang akan
dilakukan manajamen SDM, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Pengamatan Kegiatan
- Penjelasan Kegiatan yang dirangkum dalam sebuah jurnal
- Peragaan kegiatan, dalam bentuk presentasi kepada karyawan dan manajemen SDM pada khususnya
- Telaah dokumen yang terkait dengan karyawan
- Pemeriksaan karyawan secara teliti
- Pembuktian
- Wawancara
- Survei
Laporan hasil audit adalah merupakan
salah satu tahap paling penting dan akhir dari suatu pekerjaan audit. Dalam
setiap tahap audit akan selalu terdapat dampak psikologis bagi auditor maupun
auditee. Dampak psikologis dalam tahapan persiapan audit dan pelaksanaan audit
dapat ditanggulangi pada waktu berlangsungnya audit. Tetapi dampak psikologis
dari laporan hasil audit, penanggulangannya akan lebih sulit karena:
- Waktu audit sudah selesai
- Laporan merupakan salah satu bentuk komunikasi tertulis, formal, sehingga auditor tidak dapat mengetahui reaksi auditee secara langsung
- Laporan telah didistribusikan kepada berbagai pihak sehingga semakin banyak pihak yang terlibat. Karena laporan hasil audit akan mempunyai dampak luas, maka diperlukan pengetahuan khusus tentang penyusunan laporan hasil audit. Pelaporan hasil audit merupakan tahap akhir kegiatan audit. Selain harus sesuai dengan norma pemeriksaan, penyusunan laporan hasil audit juga harus mempertimbangkan dampak psikologis, terutama yang bersifat dampak negatif bagi auditee, pihak ketiga dan pihak lain yang menerima laporan tersebut.
*
contoh Format Laporan
LAPORAN
TEMUAN AUDIT SDM/ORGANISASI KEPADA :
FAKULTAS/JURUSAN :
TANGGAL :
FAKULTAS/JURUSAN :
TANGGAL :
Rekomendasi
auditor :
Laporan
perbaikan :
Verifikasi oleh auditor:
Rekomendasi Hasil Audit
Rekomendasi hasil audit memuat temuan atas hasil audit yang
dilakukan oleh auditor, temuan-temuan yang bersifat negatif biasanya dibuat
dalam bentuk KDT (Kertas Data Temuan) oleh auditor untuk dijadikan laporan
kepada institusi auditor.
Kertas data temuan tersebut, setelah audit selesai perlu ada
tanggapan dari perusahaan yang diaudit, sehingga penyimpangan-penyimpangan yag
ditemukan dapat dijelaskan apa yang menjadi penyebabnya dan apa upaya dari
perusahaan tersebut di masa yang akan datang, agar penyimpangan-penyimpangan
itu tidak terulang kembali.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penilaian
prestasi adalah proses di mana organisasi menilai atau mengevaluasi prestasi
kerja karyawan. Aktivitas ini dapat memberikan umpan balik dan koreksi terhadap
pengambilan keputusan organisasi tentang pelaksanaan kerja mereka. Adapun
manfaat evaluasi prestasi/kinerja adalah sebagai berikut :
§ Meningkatkan
prestasi karyawan
§ Standar
kompetensi yang layak
§ Penempatan
karyawan
§ Pelatihan
dan Pengembangan
§ Jenjang
Karier
§ Penataan
Staf
§ Minimnya
data informasi
§ Kesalahan
desain pekerjaan
§ Peluang
kerja yang adil
§ Tantangan
eksternal
Berikut
beberapa factor yang mungkin dapat menjadi hambatan dalam penilaian evaluasi
prestasi yang adil:
o
Perubahan standar
o
Hallo effect
o
Perbedaan sifat manajer
o
Perbedaan stereotype tertentu
Beberapa
metode yang dapat dipertimbangkan organisasi untuk melakukan evaluasi prestasi
bagi karyawannya adalah sebagai berikut:
ü Rating
Scale
ü Checklist
ü Critical
Incident Technique
ü Skala
Penilaian Berjangkarkan Perilaku
ü Pengamatan
dan Tes Unjuk Kerja
ü Metode
Perbandingan Kelompok
ü Penilaian
Diri Sendiri
Hasil evaluasi kinerja individu dapat dimanfaatkan untuk
banyak penggunaan.
· Peningkatan kinerja
· Pengembangan SDM
· Pemberian kompensasi
· Program peningkatan produktivitas
· Program kepegawaian
· Menghindari perlakuan diskriminasi
Audit
SDM membantu perusahaan meningkatkan kinerja atas pengelolaan SDM dengan cara:
Menyediakan
umpan balik nilai kontribusi fungsi SDM terhadap strategi bisnis dan tujuan
perusahaan.
Menilai
kualitas praktik, kebijakan dan pengelolaan SDM.
Melaporkan
keberadaan SDM saat ini dan langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan.
Menilai
biaya dan manfaat praktik-praktik SDM.
Menilai
hubungan SDM dengan menajemen lini dan cara-cara meningkatkannya.
Merancang
panduan untuk menentukan standar kinerja SDM.
Mengidentifikasi
area yang perlu diubah dan ditingkatkan dengan rekomendasi khusus.
·
Pendekatan Audit SDM
v Menentukan Ketaatan Kepada Peraturan
Dan Hukum yang Berlaku
v Mengukur Kesesuaian Program Dengan
Tujuan Organisasi
v Mengukur Kinerja Program
·
Laporan Audit Sdm
Ø Laporan untuk Manajer-manajer Lini
Ø Laporan untuk Spesialis Sumber Daya Manusia
Ø Laporan untuk Manajer Sumber Daya Manusia
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, Syafrizal.2009.Dasar-Dasar
Praktis Memberi Motivasi Laporan
Keuangan Perusahaan.Di akses 10 Oktober 2015
Fransiska, Febri.2013.Audit Manajemen pada Fungsi Sumber Daya Manusia.Di akses 10 oktober 2015
Sya’roni.2013. Pendekatan Manajemen SDM.Di akses 10 Oktober 2015
Lameanda, Lanny.2013.Makalah Evaluasi Kinerja dan Kompensasi.Di akses 10 Oktober 2015
Masfufah,
Ulfah.2014. Tugas Manajemen Sumber Daya Manusia.Di akses 13 oktober 2015